Friday 10 August 2012

SAHABAT

Dengan lesu Herra Puk menerima telp Angga.

Angga mengenali suara Herra Puk yang tak bersemangat.
Angga senang dengan nada yang penuh semangat saat Herra Puk menjawab telp,  tapi saat ini suara itu hilang. Angga menanyakan dengan hati-hati.
"Kenapa.. lu".
Tanya Angga menyelidik.
Herra Puk tak dapat menjawab pertanyaan Angga,
"Ya sudah, kalau memang sedang ada masalah, gua ngak ganggu".
Kata Angga sambil menutup telp nya.

"Berdoa... katakan "I love you" pada Tuhan, yang pasti akan menyayangi kita".
Pesan singkat di kirim Angga.
Herra Puk tersenyum membaca sms Angga.
Benar juga, pikir Herra Puk.
"Berarti doa tobat dulu yaa.... ", balas Herra Puk.
"Ayo berdoa dulu", usul Angga lewat sms.

Herra  Puk mencoba mengambil saat hening untuk berdoa sejenak.
Herra  Puk berusaha memejamkan mata agar tertidur, tapi pikiran Herra Puk melayang entah kemana.
Di peluk nya guling dan menutupi diri dengan selimut tak membuat Herra Puk terrtidur.
Doa Bapa Kami di daraskankan berulang-ulang dalam hati, sungguh terasa sulit bayangan Julio selalu hadir dalam angan nya.
Herra Puk berusaha melawan dengan terus mendaraskan doa Bapa Kami.
Herra Puk lelah dan ingin tidur.
Bayangan masa yang telah lalu bersama Julio sangat mennyiksa. Herra Puk menahan rasa rindu yang membuat angan nya selalu melayang kepada Julio.
Herra Puk terus mendaraskan doa Bapa Kami dan tertidur.

Badan Herra Puk terasa lemah karena tak cukup tidur.
Perasaan sedih masih menggelayuti hati Herra Puk.
Herra Puk tak meng aktifkan telp genggamnya.
Ia ingin menyendiri dan benar-benar sendiri tanpa komunikasi.

Herra Puk tersenyum saat meng aktifkan telp genggamnya.
Rekan-rekan Herra Puk mengomentari hp yang tidak aktif.
Karena tak pernah Herra  Puk berbuat demikian sebelum nya.

Hujan mengguyur  deras membasahi bumi yang panas.
Sore hari ini terasa sejuk dengan sambaran petir yang susul menyusul menciptakan kadungan ozon yang menyegarkan.
Herra Puk menarik nafas panjang, kemarin ada gerimis  jatuh di pipi  saat Julio menelpon  dan mengatakan "I love you".
Herra Puk tak tahan mendengar kalimat  yang hanya membuat airmata langsung mengambang di pelupuk mata. Lidah Herra Puk kelu tak dapat mengucapkan sepatah katapun, disusul airmata yang berderai.


Udara sejuk sore ini membuat Herra Puk tenang  dan termenung.  Bayangan Julio sangat mengelisahkan hati. Kerinduan tertahan.
Herra Puk tak mengerti kenapa angan selalu melayang kepada bayangan Julio. Sungguh menyedihkan.
Saat angan  nya melayang kepada Julio, ada pesan singkat masuk.
Herra Puk berharap pesan dari Julio, ternyata dari Angga.
"Sudah doa tobat nya?".
"Sudah tenang?".
Pertanyaan Angga lewat pesan singkat.
"Doa tobat nya udah, tenang nya belum", jawab Herra Puk singkat.
"Jangan lemah atuh".
Pesan singkat yang tak di balas oleh Herra Puk.
"LEMAH", salah kah jujur kepada diri sendiri?.
Apakah harus berpura-pura sangat tegar?.
Sakit kepala yang amat sangat membuat Herra Puk tak ingin memikirkan apapun.
Kesedihan, kerinduan tak dapat dirasakan oleh orang lain.
Biarlah, memang benar yang seperti Julio katakan, waktu akan mengobati dan merubah segala nya.
Memang benar kalau semua itu hanya cinta sesaat saja.
Sampai saat ini Herra Puk pun tak tahu, mampukah dia melupakan Julio begitu saja dan mengabaikannya?.
Pikiran dan hati Herra Puk belum menjadi harmoni, masih  bertolak belakang.
Sebagai teman Angga cukup menghibur.
Angga hanya tahu Herra Puk bersedih, dan Herra Puk akan tetap diam tak dapat menjelaskan kenapa dan apa yang membuat nya bersedih.
Angga hanya menganjurkan agar Herra Puk focus pada bisnis.
Angga  berkaul untuk ziarah ke Sendang Sono Jogja kalau project yang sedang mereka kerjakan berhasil.
Angga memberi contoh bahwa dia pun memutuskan hubungan dengan teman kencan yang pernah Angga ceritakan. Angga merasa lebih nyaman dalam kesendirian nya.
Angga mengusulkan untuk ziarah bersama.
Herra Puk tak memberikan jawaban, karena Herra Puk memiliki rencana tersendiri.








No comments:

Post a Comment