Friday 17 August 2012

boboran siam

Sumber : Komunitas Orang Sunda

Wilujeng Boboran Siam.....

Bilih aya tutur saur nu teu ka ukur, reka basa nu pasalia, laku lampah nu teu merenah, nu ngaraheutkeun manah, neda dihapunten lahir batin.

Wening galih nu dipamrih, jembar panalar nu diteda kana laku nu teu luyu, kana lampah nu sulaya. Mugi katampi ku galih neda pangapunten kana samudaya kelepatan lahir tumakaning batin.

Urang palidkeun kapeurih kasagala asih, 
Urang lokat kalepatan ku tirta ning rahmat, 
Urang sulam kembang kanyaah ku sutra hampura, mumpunng masih keneh di paparinan yuswa.......

Sim kuring atas nami pribados neda di hapunten lahir sinareng batin!.

BUKU KEHIDUPAN

Sumber : Rachel Santoso


Hidup Manusia seperti sebuah Buku.
Cover Depan adalah Tgl Lahir. 
Cover Belakang adalah Tgl Kematian.

Tiap lembarnya, adalah tiap² hari dlm Hdp kt dan apa yg kita lakukan. 

Ada Buku yg Tebal,
ada Buku yg Tipis.

Ada Buku yg menarik dibaca,
ada yg tidak sama sekali.

Sekali menulis, tdk akan pernah berhenti sampai selesai. Yg hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya, sll tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama dgn hdp kt, seburuk apapun kemarin, Tuhan sll menyediakan hari yg baru utk kt.

Kt sll diberi kesempatan yg baru utk melakukan sesuatu yg benar dlm hidup kt setiap harinya, memperbaiki kesalahan kt dan melanjutkan alur cerita yg sdh ditetapkanNya utk kt masing².

Bersyukur utk hari ųğ baru ini.

Nikmatilah dan Isilah Halaman Buku Kehidupan kt dgn Hal² yg Benar.

Dan jgn lupa, utk sll bertanya kpd Tuhan, ttg apa yg hrs ditulis tiap² harinya.

Spy pd saat Halaman Terakhir Buku Kehidupan kt selesai, kt didapati sbg Pribadi yg berkenan kepadaNya.

Dan Buku Kehidupan kt Layak utk dijadikan Teladan bagi Generasi setelahnya.

Selamat menulis di Buku Kehidupan kt, dgn Tinta Cinta dan Pena Kebijakan. Selamat pagi Saudaraku , selamat Beraktivitas, Tetap Semangat 

RENUNGAN KEMERDEKAAN

Sumber : Tammy Siarif



Ketika ayah bundaku bertanya , 
Apa yang sudah kau buat bagi orang tuamu ?
Jawabku : ku baktikan hidupku bagi kehormatanmu !

Ketika anakku bertanya,
Ayahku, apa yang kau buat bagi anak-anakmu ?
Jawabku: ku peras keringatku bagi masa depanmu !

Ketika guruku bertanya,
Muridku, apa yang sudah kau lakukan bagi guru-gurumu ?
Jawabku: ku amalkan ilmu yang kau ajarkan padaku !

Ketika ibu pertiwi bertanya,
Hai anak bangsa, apa yang kau baktikan bagi tanah lahirmu ?
Jawabku : ku pertahankan kemerdekaan , bagi kejayaan bangsa ini !

Namun.............
Ketika Tuhanku bertanya,
Apa yang sudah kau buat bagi KU ?
aku terhenyak..........., dengan lirih dan gemetar ku jawab:
Didepan mataMu terbuka semua hidupku
DihadapanMu tak ada yang dapat ku sembuyikan.

aku belum menjadi SURAT MU.

Selamat malam semuanya
Selamat istirahat
Besok kita peringati Kemerdekaaa bangsa kita: Indonesia
Tuhan memberkati kita semua

Thursday 16 August 2012

Catatan untuk Ibu.....

Tulisan seorang anak untuk ibunya yang ditulis dalam selembar kertas dan ditempel di dinding dapur.

Biaya untuk cuci piring Rp. 2.000,

Biaya untuk beresin kamar tidur Rp. 2.000,

Biaya untuk membersihkan halaman rumah Rp. 2.000,
Biaya makanan untuk buka puasa Rp. 5.000,
Biaya untuk beli buku tulis dan alat tulis sekolah Rp. 15.000,
Jadi total hutang ibu hari ini sama aku, R
p. 26.000,-
Lalu Ibu anak itu menulis di balik lembar kertas tersebut.
Biaya mengandung kamu selama 9 bulan GRATIS.
Biaya sakit selama mangandung kamu GRATIS.
Biaya ke dokter ketika kamu sakit GRATIS.
Biaya kamu bersekolah GRATIS.
Jadi total hutang anak pada ibunya semuanya GRATIS.
Ya Allah, Ya Robb betapa besarnya arti seorang ibu, tanpa kita sadari ibu telah besusah payah membesarkan kita dan tanpa berharap balasan dari anaknya. Sebagai bahan renungan buat kita...

Sumber :  Dadan Nugraha Teja

Tuesday 14 August 2012

TELANJANG

Bandung, 3 Pebruari 2012.

Malam lepas magrib, menyusuri jalan Pungkur seorang diri membuat  ingatan langsung melayang ke ‘ka pungkur’ di Bandung. 
Walau malam menjelang jalanan masih ramai ditambah semaraknya neon sign toko –toko di sepanjang jalan penuh warna, cantik dan semrawut.
Udara dingin menerpa wajah yang telanjang...... telanjang itu dingin.
Memberanikan diri kita telanjang dan siap menghadapi dingin? .
Perjalanan dilanjutkan ke rumah duka RS. Boromeus Bandung....... jenasah sudah tertutup peti mati berukir berhiaskan rangkaian bunga. Tapi dengan sangat yakin bahwa jenasah bibi "nangkarak baeud", lelucon yang selalu dikelakar kan nya bila kami bertemu di rumah Pasundan. Saya tambahkan dengan kata2 dalam hati bahwa;"kalau bunga sudah dua meter di atas tanah segalanya  tak berarti lagi". Memasuki ruang duka yang benar2 dingin oleh wajah "sepa" sebuah keluarga besar. Sungguh suasana yang menciutkan nyali. Hera bersyukur karena telah telanjang dan tanpa beban, sehingga suasana dingin tak menambah dingin hati dan perasaan.
Berani tampil apa adanya dalam kondisi sulit dan terpuruk dan berani telanjang, membuat nyaman hidup tanpa beban.
Tak ada rasa manis asin asam pahit semua makanan yang masuk kerongkongan ini, rasa duka cukup menghampiri diri ini. Tak apalah wajah sepa dan dingin dari jenazah yang terbaring kaku dan tak bernafas lagi. Haruskah wajah sepa/dingin itu tampil pada wajah2 yang masih bernafas???. Tersenyum dalam hati dan wajah , hanya itu yang dapat dilakukan dan terjadi..... dan akhirnya tertawa.
Hati dan wajah ini sudah di terapi untuk tersenyum selama nafas masih ada di dalam tubuh ini. Terapi yang sangat mudah.....berani telanjang. Kepahitan hidup telah membuat Hera menemukan arti hidup yang sebenarnya dan menjalankan hidup yang seharusnya dilakukan oleh manusia yang menyadari tak berdaya di hadapan sang pencipta. Waktu-waktu sulit yang di lalui membuat Hera semankin menyadari kebesaran sang pencipta dan menjadikannya kaya yang lebih hakiki dengan mendekatkan diri kepada sangpencipta. Saat nya mengelola hati dan mensyukuri semua yang terjadi di dalam hidup. Pasrah menjalani kehidupan yang masih harus dijalaninya. Hati yang memanjatkan doa berharap naik ke hadirat MU, doa tulus untuk orang yang di kasihi, tak berharap dikasihi. "Selamat jalan, bibi', terucap lirih di kamar hotel.
Maafkan lah suasana rumah duka itu terlalu dingin untukku yang telanjang.
Tapi...... malam sebelumnya.... astaga???.  Sebenarnya tak perlu menelanjangi ku, dalam hati Hera. Segala derita telah di tanggung nya dalam pengasingan. Menyadari hidup sendiri saat terpuruk dan sulit di dunia ini tanpa saudara ataupun kerabat yang mempedulikannya, membuatnya mendekatkan diri kepada sang pencipta. Sebatang kara......
Hanya karena ingin mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya pada dimensi yang berbeda membuat Hera melangkahkan kakinya ke Bandung. Dengan berharap tak ada insiden penganiayaan yang pernah dirasakan sebelumnya bila keluarga besar itu berkumpul. 
'elu tahu ngak kalau bibi sakit tuh karena elu telp mau ke Bandung', sergah Tian kepada Hera..
‘Bibi tuh sakit karena lu telp mau ke Bandung”, vonis telah di jatuhkan untuk Hera..
Hera  tertawa tak peduli, dengan wajah nya yang menantang.
“Nomor telpnya saja tidak tahu, telp...?  Ha ha ha.... sesuatu yang mustahi”, jawan Hera ringan.
[fitnah tuh..... kacian deh di fitnah yaaaaa, tapi ngak perlu malu 'kan sudah telanjang jadi mau nempel di mana tuh fitnahan...huaa haa hhhhh.......]
"dan seharusnya elu tuh sadar, bibi teh sakit hati  ama elu", lanjut Tian lagi.
"dan  kalau elu sadar, sekarang elu harusnya minta maaf ama si Monne”, sergahnya lagi,  antusias sekali.
“Dan juga minta maaf kepada yang lainnya”, lanjut Tian merasa bijaksana na na na ....
 Hera menatap wajah Tian lamat-lamat dan terpancing juga emosi yang ingin disimpannya.
"apaaa",
"sakit hati......", seru Hera dan huaaa haa haa haa..... jadi seru nih.
“minta maaf???”, lanjutnya pula dengan mimik wajah heran.
“wuahhh elu belum sadar”, imbuh Tian  memancing emosi Hera.
“maaf????..... apa salah gua???...... hanya karena jatuh miskin yang membuat mereka menjauhiku dan sekarang minta maaf???...... mereka yang berhutang kepadaku”, jawab Hera agak emosi.
"eeehhh.... lu, kalau  mau juga gua yang sakit hati, telah diperalat untuk mencapai keinginanan nya karena melalui rasa sayang dan keberanian yang saya miliki", jawab Hera lantang..
Jujur saja deh kalau kalian hanya berani bicara atau dengan kata kasar “bacot”  kalau kata ocoh mah], tak berani bertindak. Ambisi mencapai tujuan dan tak mau berisiko dan elu2 kira gua badan asuransi, menanggung risiko ambisi kalian dan sayangggg..... deposito dan asuransi ku ada pada TUHAN YME.
TUHAN pecipta langit dan bumi yang maha adil dan bijaksana lagi penyayang.
"dan elu tahu gua korbankan diri gua dan sejumlah uang yang tidak kecil nilainya untuk membuat mereka hidup nyaman di tempat yang layak huni dan tidak banjir lagi dengan segala fasilitas yang gua sediakan, mengharapkan kata terimakasih saja tidak".
"minta maaf?????", dengan kepala yang di tunjuk sergah ku sambil berdiri.
Huaaaa haaaa haaaa........ minta maaf karena miskin?.
“Telah kumohonkan maaf kepada TUHAN ku”, lirih Hera.  
“Sekarang pikirkanlah, kalau seandainya saja dirimu yang menjadi aku”,  usul Hera menantang. Sanggupkah Tian berkorban seperti diri ini.
Tidaakkk.... karena kekayaan hakiki yang aku miliki tak dapat terselami dan tak dapat kalian nilai, hati yang lapang dan luas yang telah kusediakan untuk orang2 tercinta yang kusayang.
Maaf  telah saya mohonkan kepada TUHAN YME untuk mereka yang membenci dan menyayangi,dan kusimpan di hati ini.
Hanya sedikit review dan evaluasi yang membuat huaaa haaa haaaaahhhhhhh.......
Tak sepotong batu pun harta siapapun selain milik Hera yang digunakan untuk memfasilitasi Pasundan, rumah tempat Hera di besarkan dan menyendiri di para2  untuk melihat ke bawah menyaksikan tingkah laku se isi rumah di mana Hera bisa tahu yang sejujurnya apa yang mereka bicarakan tentangnya. Dan pohon jambu klutuk di depan rumah tempat Hera duduk belajar di ranting-rantingnya yang kokoh. Indah untuh di kenang.
Telanjang itu menyenangkan ..... dingin memang, tapi matahari pasti akan bersinar menghangatkan tubuh telanjang ini melalui celoteh cerewet anak2ku yang kusayang. Dan betapa kaya nya, sudah membangun keluarga kecil ini dengan bahagia  yang tak dapat di nilai dengan materi.
Untuk dapat  hidup telanjang di butuhkan keberanian untuk hidup jujur dan menyusuri jalan yang pasti dalam hidup ini. Tak ada penyesalan walau telah kukorbankan hampir seluruh hidup ini demi mereka yang membenciku.
Bandung yang dingin membuat ku sakit. Terbaring telentang menghadap langit-langit hotel, sendiri....  sepi dan berteman dengan bayangan. Kukenang indahnya memiliki teman2 lama yang setia dalam kondisi sangat terpuruk seperti inipun.   Dan aku merindukannya.
Alya .... terimakasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat yang sebesar-besarnya pula kusampaikan untukmu, adikku yang memiliki keberanian bersahabat denganku yang telah jatuh miskin.
Yang telah mengelus-elus  punggungku saat aku di telanjangi.
“Bagus juga mereka takut padamu Hera”, ucap Alya menghibur,
“Jadi  mereka tak akan datang lagi untuk meminta”, lanjutnya lagi.
Hera tersenyum melihat  mimik celoteh adiknya.
“iyaaa tak ada waktu untuk memikirkan kebencian dan iri hati, hati ini sudah berusaha di bersihkan dan pandangan menatap ke depan berjuang selama nafas masih ada dalam raga demi anak-anak, berjuang demi keluarga telah kuselesaikan”, ucap Hera lirih.
“Jadi kita ke mana nih, bagaimana kalau kita beli pakaian”, usul Alya berusaha menghibur.
Hera menyetujui dan mereka berjalan menyusuri jalan Dago sampai Setia Budi menikmati indahnya malam minggu di Bandung yang dingin.
Menjelang tengah malam Hera dan Alya kembali ke hotel dan tertidur pulas kelelahan.
Kuucapkan “selamat jalan bibi, semoga TUHAN mengampuni segala dosa dan menerima bibi di sisiNYA”, lirih Hera.
Maafkan kami berdua kembali ke Lampung dan Bekasi tanpa pamit, karena udara Bandung yang dingin semakin dingin oleh wajah-wajah sepa yang tak meninginkan kami.
Selamat tinggal Bandung..................... pasti aku kembali.
Betapa bodohnya Hera, tanpa di sadari telah diperalat bibi nya untuk mencapai keinginannya memiliki rumah keluarga.
Hera sempat mengusir ayah nya dari rumah itu dan juga adik laki-laki nya, Anto.
Anto lah yang membantu mengurus renovasi rumah keluarga itu.  Ternyata di saat duka yang hening ini pikiran Hera menerawang jauh. Banyak sekali korban dari orang yang tampak tak berdaya ini. Bibi nya adalah seseorang yang tampak sangat penyayang kepada siapapun keponakannya, dan ia memiliki seorang anak yang sangat dimajakannya.
Orang yang tampak tak berdaya itu lebih berbahaya , sadarilah Hera dalam lautan dapat di duga isi hati tak pernah terselami. Seperti ciuman Yudas  kepada Yesus.
Tak ada sumpah serapah atau penyesalan, terjadilah seturut kehendakMu. Tapi bila saja seandainya dapat mencegah orang lain celaka bukankah membuat arti dalam hidup ini. Kita dapat berdoa bersama-sama, tapi dosa di tanggung masing-masing. Hati adalah cerminan jiwa. Tak ingin rasanya mengotori hati ini dengan perasaan-perasaan yang tidak baik. Walau sering kali kebaikan yang dilakukan tak selalu memberikan kebaikan.
Hera jadi teringat saat menolong nenek-nenek tetangga nya yang hidup sebatang kara pergi berobat ke klinik di daerah Senen, hp satu-satunya yang dimiliki nya di copet orang di dalam mikrolet di Matraman saat nenek itu terbatuk-batuk dan Hera sibuk menolong nenek itu. Nafas panjang yang hanya dapat dilakukan Hera, dan memandang langit mengucap syukur kepada Sang Pencipta yang menjadikan bumi ini tumpuan kakinya. Niat baik ataupun kebaikan yang dilakukan belum tentu memberi kebaikan kepada kita. Hera hanya tersenyum mengenang kejadian itu. Berbuat baik saja seperti itu, apalagi berbuat jahat, pasti lebih mengerikan. Hera menghibur diri sendiri  untuk tidak jera berbuat baik, apapun hasilnya.
Oma warung pemilik warung disebelah kontrakan Hera sampai bingung melihat cara Hera hidup. Oma sempat pula mengatakan kepada Hera, “Oma mau belajar hidup seperti Hera, walaupun kita berbeda agama yaa...”. Hera hanya tersenyum saja. Persahabatan singkat di rumah kontakan di Cililitan sangat membekas di hati orang-orang sekitar. Membantu merapikan warung Oma dipagi hari dengan sindiran digaji 30 hari sebulan, bermain layangan di sore hari menemani Utu anak bungsunya yang berusia 13 tahun. Si bungsu yang protes karena malu mama nya bermain layangan. Alasan Hera ikut bermain layangan adalah mendekatkan diri kepada dunia anak nya dari pergaulan yang mengerikan,NARKOBA. Akhirnya Utu dapat menerima mama nya bermain layangan bersama teman-teman sebaya Utu. Sore yang seru mengadu layangan memandang  caklawala luas bebas lepas tertawa.  Yang ada di benak Hera adalah bagaimana kita bisa memberi dalam kekurangan, kalau kita bisa memberi dalam kelimpahan tak berarti lagi karena sudah selayaknya, tapi bisa berbagi dalam kekurangan tak semua orang mampu dan menginginkannya. Hera sangat bersyukur memiliki pendamping  hidup yang mengajarinya “bagaimana” hidup di dunia ini.
Hera tersenyum .... di mana pun ia berada , orang-orang yang ditemui nya ingin memiliki karakter seperti Hera.
Sekretaris yang cantik, Kiki. Tinggi semampai  dengan kulit kuning langsat menemani kami duduk di ruang tamu kantor itu.  “Enak ya jadi mbak Hera”, ucapnya lirih setelah memenadangi Hera dari ujung kaki ke ujung rambut yang langsung di sergah mas Ibnu, “Kamu mau jadi Hera???, ngak bisalah”.
“ngak mungkin bisa dan ngak mungkin sanggup”, di ulangi nya lagi dengan antusias.
Suatu sore yang indah di depan warung di kota Pekan Baru yang panas.
“Mas Ibnu, kalau ketemu preman di palak atau malak”, tanya Hera hati-hati.
“Dipalak lah...”, jawab Mas Ibnu dengan logat Melayunya.
Hera tersenyum mendengar jawaban Mas Ibnu.
“He ..he .. he..., Mas jangan bilang-bilang yaaa.... preman sungai Siak yang aku palak”, ucap Hera jenaka. Mas Ibnu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
“Koq bisa”, lanjutnya lagi.
“’kan pakai ilmu kudu”, jawab Hera tertawa renyah.....
“Saya mengenalnya saat ingin bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai Siak, tapi membayangkan buaya yang pasti besat.... woooww mengerikan”.  Akhirnya saya ketemu Benny yang mengajak naik rakit ke sebrang. Kami berbicara lama dan mengurungkan niat bunuh diri saya dan kami berteman.
“Sakit hati kepadaku”, guman Hera dalam hati.
Setelah segala yang Hera perbuat berseteru  dengan seisi rumah karena setiap saat mengunjungi rumah Pasundan bibi yang selalu mengeluhkan kelakuan penghuni rumah yang lainnya. Sekarang rumah dengan tujuh kamar itu kosong dan hanya dihuni keluarga bibi yang berjumlah tiga orang. Puas sekali dapat mencapai keinginannya. Sekarang raga terbujur kaku tak bernafas lagi, meninggalkan masalah yang tak terselesaikan. Yang memang tak ingin diselesaikannya. Hera pernah mengirimi uang untuk membayar notaris dan mengembalikan kepemilikan rumah itu kepada yang sesungguhnya ber hak... empat orang, bibi dan tiga orang kakaknya. Uang kiriman Hera di sia-sia kan begitu saja dengan berfoya-foya dengan alasan yang sederhana... uang nya habis di pakai jalan-jalan.
Ah... bibi seandainya saja mau mengerti perasaan ini, tidak ada rasa ingin memiliki di diri ini sedikitpun. Hanya karena pesan Ferdy yang mengatakan,” tolong mam... kasih tahu bibi untuk tidak serakah dengan mengambil hak orang lain, karena kalau nafas sudah tidak ada dalam raga dan menangis melihat kehidupan anaknya di dunia”. “tak ada yang dapat dilakukan lagi”.
Hanya rasa sayang kepada bibi, semua itu di ingatkan Hera.
Bertahun-tahun sebelumnya Ferdy mengajari Hera untuk tidak serakah. Karena keserakahan adalah bencana. Berapapun materi yang dimiliki manusia tak akan pernah cukup. Kekayaan itu bagaikan air laut yang hanya akan menambah dahaga saat meminum nya dan keserakahan untuk meminum semuanya. Ajaran yang sangat sederhana bahwa rejeki yang kita dapatkan ada  rejeki orang lain yang melalui kita,
Sejak pertaman Monne menghirup nafas di dunia, Hera lah yang menggendong nya dari rumah sakit dan Hera sangat menyayanginya. Apapun yang di butuhkan Monne, Hera akan berusaha untuk dapat memenuhinya hingga Monne menginjak remaja dan mengumbar kata serapah kebun bintang yang membuat Hera terhenyak dan sadar dari mimpi nya. Bahwa tak ada nilai nya sama sekali perbuatan yang dilakukannya sebagai rasa sayangnya.
Badan yang sudah kurus sekali, penyakit kanker menghabiskan rambut  indahnya yang hitam bergelombang. Trenyuh Hera melihat kondisi kakak nya  seperti itu.
“Hera... bagaimana anak-anakku, mereka mau tinggal di mana???....”, ucap Yanti lirih sangat memelas. Ahh... semua itu t’lah berlalu.
“Mam..., emangnya ngak malu melihat rumah Pasundan sudah hampir roboh begitu dan jangan lupa pula janji pada almarhumah kakakmu, Yanti”, ucap Ferdy  di suatu sore.
“He... he.....mau gimana lagi Pap”, jawab Hera sedikit malu.
“Betulin dong.... ngak usah takut dengan rezeki”, lanjut Ferdy lagi.
“Iyaaa... ya, bagaimana kalau ma jual ketiga gelang berlian ini”, jawab Hera sambil mengeluarkan kotak perhiasannya.
Tiga gelang berlian itu ternyata hanya cukup untuk merenovasi bagian dapur saja.
Renovasi rumah yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, nilai ratusan juta rupiah  dikeluarkan Hera dari kantungnya.  Dan hal itu bukan masalah kalau saja di antara keluarga itu bisa saling menghargai sebagai manusia.
Rumah sudah tampak nyaman, tidak mewah tapi sudah tidak kebanjiran lagi. Putus langganan banjir yang selama ini sangat membuat lelah seisi rumah.
Aku mencintai dan menyayangi saudaraku dan sahabat-sahabatku...... Hera.
Bekasi , 6 Pebruary 2012.

Friday 10 August 2012

JULIO

Hujan deras telah berhenti membasahi anak tangga di belakang rumah.

Herra duduk sendiri di anak tangga yang basah oleh air hujan.   Telpon genggam menempel di telinganya. Herra menyimak pembicaraan di telp itu seakan tak ingin ada kata yang terlewatkan. Tanpa terasa airmata mengambang di pelupuk mata Herra.  Rasa cinta yang begitu mendalam sangat menyentuh relung hati Herra. Pengorbanan Julio  terhadap Herra sangat besar. Perasaan cinta suci yang tulus di rasakan Herra dan membuat Herra tersentuh dan makin menyayangi Julio dalam cinta terlarang.
“Kekasihku sayang...... ingin rasanya aku menangis dalam pelukanmu”,  jerit hati Herra.
“Aku merindukanmu sayang......., aku menginginkanmu”.

Herra menyadari kehidupannya yang telah  porak poranda. Bagai layangan putus terbawa angin entah kemana?. Herra menjalani hidup dengan perasaan hampa tanpa pegangan. Tangan nya mengapai mencari kasih sayang yang ternyata di dapat dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Janji muluk yang diucapkan lelaki hidung belang  untuk menikahinya hanya janji belaka yang tak pernah terjadi. Mereka laki-laki yang hanya mengambil kesempatan dari kekosongan Herra yang nyaris putus asa.
Herra yang merasakan dirinya telah  mati  tak memperdulikan apapun yang terjadi terhadap dirinya.
Herra tidak dapat melupakan hari-hari indah saat sekolah, yang begitu cepat terhapus dari dirinya.  Herra menutup diri terhadap siapapun juga karena menutupi aib yang telah terjadi dengan kekasih Benny, pacarnya saat  itu.  Perasaan di asingkan dan terasing di dalam keluarga membuat Herra begitu lemah.  Herra  berusaha mengakhiri hidup dengan memotong urat nadi. 
“Kenapa aku dilahirkan”, seru Herra kepada ibunya.
Saat Herra minta izin untuk jadi seorang biksuni dengan halus ibunya melarang.
Sekarang saat martabat dan harga diri  telah  digadaikan dan menjadi milik pacarnya.
Perlakuan sakit hati lebih sering di terima Herra sebagai pacar Benny. Malam minggu lebih sering dihabiskan Herra dengan menangis atau pergi menonton dengan Ari saudara sepupunya.
Ari sangat menyayanginya, dan akan mengajak Herra  jalan-jalan  kerumah teman atau nonton di bioskop kesayangan bila melihat Herra sendiri  di rumah.
Herra sangat bersyukur memiliki kakak sepupu yang begitu peduli. Ari mengetahui kalau Benny memilik pacar yang lain. Malam minggu akan di habiskan Benny di rumah pacarnya yang lain sebelum  menemui Herra. Herra sering menangis. Berkali-kali Benny datang  mengunjunginya dengan tanda merah di leher atau di dadanya.
Herra pernah menegur, yang dijawab ringan oleh Benny, “ciuman perpisahan”.
Sakit hati  Herra menerima perlakuan itu, tapi apalah daya harga dirinya telah tergadai.
Herra berusaha menyelesaikan sekolah menengah.
Saat Benny meminta untuk aborsi yang ke sekian kali, Herra menolaknya.
Herra bersikukuh untuk melahirkan dan merawat anak yang di kandungnya, menikah atau tanpa menikah.
Benny memutuskan untuk menikahi Herra, tapi sangat di sayangkan hati Herra telah beku.
Menikah untuk bercerai, itulah yang ada di dalam  hati Herra.
Pernikahan seumur jagung sangat menyiksa Herra. Sering Benny berhari-hari tidak pulang  dengan jawaban singkat, “Tidak perlu tahu urusan laki-laki”.
Herra  membicarakan perlakuan Benny kepada ayahnya yang di jawab dengan bijaksana, “ Sabar... bagaimana mau cerai,  papa malu”.
Herra menghitung tamparan di pipinya. Tiga kali, cukuplah sudah.
Hubungan baik dengan dr. Widura sebagai supervisor saat Herra bekerja di rumah sakit swasta memudahkan Herra untuk mendapatkan obat tidur.
Kembali pulang ke rumah di larang, hidup bersama laki-laki yang pernah di sayanginya sangat menyiksa.
Herra merasa tak memiliki pilihan lain berusaha  kembali mengakhiri hidupnya.
Obat tidur dikumpulkannya dari beberapa resep , di simpannya dengan rapi.
Merasa tak tahan lagi menghadapi hidup nya Herra menelan semua obat tidur yang di kumpulkan dan langsung menegak racun serangga.
Kelam bagai malam yang di hiasi banyak bintang  dan melayang-layang, itulah yang dirasakan Herra.
Kekelaman yang bertambah terang .... dan bertambah terang.
Herra merasakan hidungnya tersumbat sesuatu dan langsung melepaskannya. Selang oksigen. Di rumah sakit.
Herra sadar dirinya berada di rumah sakit, terkapar.
Setelah beristirahat beberapa hari di rumah sakit dan akhirnya pulang kembali ke rumah tempat  orangtuanya.
Herra sangat senang di terima kembali di rumah orang tuanya.
Herra memutuskan pindah ke Jakarta dan memulai  hidup baru.
Benny berusaha menahan Dany anak meraka.  Herra tak di izinkan untuk menemui nya sedikitpun.
Hati yang luka dan tersayat.  Herra tetap pergi.
Tekad untuk tidak menyia-nyiakan hidup nya dalam pernikahan yang tidak harmonis.

Setahun berikutnya Herra pindah ke Manado menikuti ajakan Paulus.
Paulus mengajaknya ke Manado karena hubungannya dengan Herra yang janda di tentang habis oleh orangtuanya..
Dengan memohon restu kepada opa Paulus di kampung, akhirnya Paulus menikahi Herra.
Perbedaan adat yang sangat mencolok membuat Herra tak tahan menghadapi rasa cemburu.
Membuat Herra mengulangi lagi mengakhiri hidupnya.
Racun serangga yang di teguknya membuat dia terkapar di rumah sakit Bethesda, Manado.  Atas pertolongan dokter yang sigap, kieanya kembali tertolong.
Lima tahun Herra tinggal di Manado dan akhirnya kembali ke Jakarta.
Herra gagal lagi.
“Sudah lah ngapain pula kamu kawin ama anak pegawai negri Umar Bakri”, usul Selestian saudara sepupunya.
Kalimat yang tak akan pernah Herra lupakan di seumur hidupnya.
Beruntung Herra tak pernah mendengarkan usulan keluarga besarnya.
Cinta dan kasih sayang yang Paulus berikan adalah segalanya bagi Herra.
Kebahagiaan hidup Herra adalah dicintai.
Herra tak memperdulikan material, karena Herra sangat yakin kesejahteraan akan datang dalam kedamaian.
Herra bersyukur mendapatkan pekerjaan yang baik di perusahaan asing yang memberikan kesempatan kepada Herra untuk mendapatkan training dan berlibur ke luar negri.
Mensyukuri berkat Tuhan yang melimpah membuat Herra bangga dan membuat keluarga semakin tidak menyukai keberhasilan Herra.
Herra merasakan kehancuran hidupnya saat Paulus sakit dan  pergi untuk selamanya.
Tak ingin ia memejamkan mata  barang sekejappun. Inilah saat terakhir Herra memandang jasad Paulus yang terbujur kaku di dalam peti jenazah. Aroma formalin yan menyengat membuat perih di mata.
Penyesalan mendalam sangat di rasakan Herra.
 Herra terlambat mencintainya.
Rasa sakit hati terhadap Benny membuat hati Herra beku, Herra hanya menikmati kasih sayang yang di berikan Paulus yang begitu mencintainya.
Selama ini Herra hanya menjalankan hidup sebagai seorang istri bagi Paulus.  Hatinya membeku untuk menjadi kekasih.
Sekarang semua sudah terlambat,  bunga  telah tertabur dua meter di atas tanah. Tak akan ada lagi kasih sayang yang akan di terimanya.
Tak akan ada lagi yang menjaganya,  becanda dan tertawa.
Tak ada lagi ambisi atau pun ke ingin untuk hidup.
Putus asa  bagai layang-layang putus, tanpa arah.
Di tatapnya kedua  Magda dan Gabriel yang  tertidur sedih dan lelah.
Tanpa terasa airmatanya jatuh berlinang.
Mereka hanya memiliki aku seorang yang harus menjaganya.
Tidakkkk... aku harus kuat menghadapi semua ini, karena tugas belum selesai.
Aku harus menjaga kedua anakku”,  seru Herra dalam hati.

Keluarga besar terlanjur membenci Herra yang bersikukuh berumah tangga dengan Paulus.
Sendiri, sebatang kara itulah yang Herra rasakan.
Tangan ini mengapai dengan pasrah.

Berharap mendapatkan teman untuk berbagi hidup, hanya mengecewakan dan hanya menambah lembaran hitam dalam hidup Herra.
Kesendirian yang rapuh membuat Herra sangat mudah termakan rayuan  laki2 yang hanya ingin memanfaatkan diri nya.
Dua tahun sudah Herra menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Sekarang di akhir tahun 2011, Herra sangat bersyukur berjumpa dengan teman sekolahnya dulu.

Julio sayang... engkau datang saat aku hancur.
Hidupku begitu kelam.
Dalam hati Herra menyesali keadaannya.
“Tak ada lagi yang dapat kubanggakan, Julio”, Keluh Herra dalam hati.
Aku sangat menghargai rasa cinta suci yang pernah kau sediakan untukku, aku menghargainya.
Maafkan aku yang tak pernah mengetahui  sebelumnya.
“Tapi kini aku merasakan pengorbananmu, Julio”, desah Herra.
Julio sayang ... engkau tidak terlambat mencintaiku.
Karena kekuatan cinta suci mu membuat aku tegar.
Julio engkaulah cahaya hidupku, yang membuat aku kembali hidup.
Aku memang telah menyia-nyiakan hidup ini.
Karena aku membenci hidup ini.
Tapi engkau dengan sabar dan penuh kasih sayang telah membimbingku, mengajariku untuk hidup.
Maaf kan aku yang sering marah dan mengecewakanmu.
Julio sayang .... aku jatuh cinta padamu.
Aku menyayangimu dengan setulus hatiku, walau aku tahu cinta terlarang.
Maafkan aku yang sering mencumbu bayang mu.
Aku mencintai dan menyayangimu.
Aku membutuhkanmu.
Engkaulah pelita hidupku.
Kekuatan cinta suci mu memberikan kekuatan padaku.
Engkau memberikan kesejukan di dalam hati ku yang gersang.
Maafkan aku yang jatuh cinta padamu, Julio.
‘kan kubawa rasa cinta ini di akhir nafasku.
AKU MENCINTAIMU JULIO, SUNGGUH KU MENCINTAIMU!!!

Tersenyum saat bayangmu terlintas dalam pikiranku.
Dalam dirimu kutemui keduanya, Benny dan Paulus.
Benny yang cerewet  dan Paulus yang selalu menyuruh aku menikah!.
Julio... engkau terlalu sempurna untukku.
Aku bersyukur engkau memiliki keluarga bahagia.
Aku berdoa untuk kebahagiaan keluargamu, Julio.
Aku tak akan merampas kebahagiaan yang telah engkau miliki, karena aku menyayangimu, Julio.
Apapun keputusanmu aku menghargainya.
Tapi tolong mengertilah, walau aku tidak menikah dengan siapapun bukan berarti aku mengharapkan dirimu.
TIDAK!.
Aku mencintaimu dan tak akan pernah menghancurkan kehidupan yang telah kau pupuk berpuluh tahun lalu.
Tapi rasa cinta ini biarlah untukku simpan sendiri.
Beruntunglah wanita yang kau pinang menjadi istrimu.
Siapun dia aku sangat menghargainya.
Dan maafkanlah aku yang mencintaimu.
Tak akan aku merampasmu dari sisinya.
Tapi izinkanlah, beri aku sedikit waktu untuk memadu kasih.
Berilah aku rasa bahagia dalam hidup ini walau sesaat saja.



DIBATAS WAKTU

Rasa amarah menyergap diri Herra. Rasa amarah terhadap  diri sendiri  yang membuat Herra membenci dirinya sediri. Herra merasakan bahwa kehidupan ini tidak pernah berpihak kepadanya.

Kenyataan yang harus di hadapi adalah perasaan kehilangan.
Memiliki kekasih membuat Herra merasa nyaman, dengan sebuah komitment Herra sadari seutuhnya.  Herra tidak memperhitungkan bahwa waktu akan memberikan perubahan yang sangat berarti. Selama ini Herra menutup hatinya rapat-rapat dari rasa mencintai. Herra memilih posisi aman untuk di cintai. Hari-hari di awali dengan perasaan cinta yang tak begitu mendalam. Tanpa menyembunyikan perasaannya terhadap Julio, Herra merasa  bahagia memiliki seorang kekasih. Walau sangat di sadari  bahwa kekasihnya adalah milik wanita yang menjadi istrinya. Seiring dengan waktu yang berjalan perasaan cinta dan sayang semakin tumbuh dan berkembang dan mendekati batas waktu yang di sepakati  perasaan cinta yang dimiliki Herra terhadap Julio semakin mendalam. Tak ingin kehilangan, perasaan yang timbul saat Julio mengingatkannya bahwa waktu untuk menjadi kekasih akan segera berakhir. Tanpa di sadari airmata Herra mengalir deras.

Herra menyadari bahwa hubungan ini harus segera berakhir bila memang Herra benar-benar mencintai Julio. Herra harus puas melihat Julio bahagia bersama keluarganya.

Hari-hari di lalui Herra dengan pikiran kacau. Entah harus bagaimana. Perasaan patah arang dan membenci diri sendiri sangat hebat menguasai diri Herra.
Adakah arti cinta mereka selama ini?.
Julio telah mengorbankan kesetiaan terhadap wanita yang telah menjadi istrinya, untuk mencintai Herra.
Sekarang saat Julio kembali kepangkuan istri tercinta nya, Herra senang mendengarnya dan sangat menghargai keputusan Julio.
Akan kah hubungan mereka selama ini sia-sia belaka dengan pengorbanan Julio yang begitu besar.
Herra menarik nafas dalam-dalam.
Airmata Herra kembali berderai saat menulis pesan singkat untuk Julio.
Perasaan cinta dan sayang yang terlanjur tumbuh tak dapat di patahkan begitu saja.
Cinta adalah pengorbanan. Sekarang adalah saat Herra berkorban.
Kebanggaan Julio untuk menjadikan Herra seorang wanita bermartabat yang tak mudah di jamah laki-laki siapapun yang bukan suaminya termasuk Julio, sangat mengesankan Herra.
Herra ingin membuat arti dari perasaan cinta yang Julio berikan kepadanya.
Perasaan cinta yang sempat membuat Herra merasa kuat untuk bertahan.
Sekarang perasaan cinta tumbuh subur di hati Herra dan tak mudah untuk di cabut dan di ambil begitu saja.  Perasaan cinta Herra terhadap Julio sudah sedemikian kuatnya.
Keinginan Herra untuk membuat Julio dapat mencapai keinginannya agar Herra menjadi wanita yang bermartabat ingin di capai Herra.
Herra menyadari tak mungkin untuk selalu bergandengan tangan dengan Julio yang memiliki keluarga bahagia. Biarlah perasaan cinta dan waktu yang telah Julio berikan kepadanya memiliki arti.
Menyimpan rasa cinta untuk Julio di dalam hati, agar kekuatan cinta itu tetap ada.
Herra ingin berteriak "saya mencintaimu, Julio".
Cinta tak selalu harus bersatu. Bayangan indah saat memadu kasih merupakan kekuatan cinta.
Herra menyadari semua ini.
Tak ingin Herra membuka hati nya untuk pria lain lagi.
Herra bertekad bahwa Julio adalah cinta  terakhir di dalam hidupnya.
Herra akan menghabiskan sisa waktu nya untuk hidup di dalam bayang-bayang kekuatan cinta Julio.
Tekad Herra untuk tetap membiarkan rasa cinta nya terhadap Julio berkembang dan menjadi kekuatan untuk dirinya, walau tanpa Julio mendampingi hidup nya.
Herra hanya ingin Julio tahu bahwa ia telah memberikan cinta suci untuk Julio.
Aku mencintaimu dan selalu mencintaimu.
Dengan mu atau tanpamu di sisiku.
Karena hati ini terlanjur mencintai mu.
Everlasting love.........

MARAH

Rasa amarah menyergap diri Herra. Rasa amarah terhadap  diri sendiri  yang membuat Herra membenci dirinya sediri. Herra merasakan bahwa kehidupan ini tidak pernah berpihak kepadanya.

Kenyataan yang harus di hadapi adalah perasaan kehilangan.
Memiliki kekasih membuat Herra merasa nyaman, dengan sebuah komitment Herra sadari seutuhnya.  Herra tidak memperhitungkan bahwa waktu akan memberikan perubahan yang sangat berarti. Selama ini Herra menutup hatinya rapat-rapat dari rasa mencintai. Herra memilih posisi aman untuk di cintai. Hari-hari di awali dengan perasaan cinta yang tak begitu mendalam. Tanpa menyembunyikan perasaannya terhadap Julio, Herra merasa  bahagia memiliki seorang kekasih. Walau sangat di sadari  bahwa kekasihnya adalah milik wanita yang menjadi istrinya. Seiring dengan waktu yang berjalan perasaan cinta dan sayang semakin tumbuh dan berkembang dan mendekati batas waktu yang di sepakati  perasaan cinta yang dimiliki Herra terhadap Julio semakin mendalam. Tak ingin kehilangan, perasaan yang timbul saat Julio mengingatkannya bahwa waktu untuk menjadi kekasih akan segera berakhir. Tanpa di sadari airmata Herra mengalir deras.
Herra menyadari bahwa hubungan ini harus segera berakhir bila memang Herra benar-benar mencintai Julio. Herra harus puas melihat Julio bahagia bersama keluarganya.
Hari-hari di lalui Herra dengan pikiran kacau. Entah harus bagaimana. Perasaan patah arang dan membenci diri sendiri sangat hebat menguasai diri Herra.
Adakah arti cinta mereka selama ini?.
Julio telah mengorbankan kesetiaan terhadap wanita yang telah menjadi istrinya, untuk mencintai Herra.
Sekarang saat Julio kembali kepangkuan istri tercinta nya, Herra senang mendengarnya dan sangat menghargai keputusan Julio.
Akan kah hubungan mereka selama ini sia-sia belaka dengan pengorbanan Julio yang begitu besar.
Herra menarik nafas dalam-dalam.
Airmata Herra kembali berderai saat menulis pesan singkat untuk Julio.
Perasaan cinta dan sayang yang terlanjur tumbuh tak dapat di patahkan begitu saja.
Cinta adalah pengorbanan. Sekarang adalah saat Herra berkorban.
Kebanggaan Julio untuk menjadikan Herra seorang wanita bermartabat yang tak mudah di jamah laki-laki siapapun yang bukan suaminya termasuk Julio, sangat mengesankan Herra.
Herra ingin membuat arti dari perasaan cinta yang Julio berikan kepadanya.
Perasaan cinta yang sempat membuat Herra merasa kuat untuk bertahan.
Sekarang perasaan cinta tumbuh subur di hati Herra dan tak mudah untuk di cabut dan di ambil begitu saja.  Perasaan cinta Herra terhadap Julio sudah sedemikian kuatnya.
Keinginan Herra untuk membuat Julio dapat mencapai keinginannya agar Herra menjadi wanita yang bermartabat ingin di capai Herra.
Herra menyadari tak mungkin untuk selalu bergandengan tangan dengan Julio yang memiliki keluarga bahagia. Biarlah perasaan cinta dan waktu yang telah Julio berikan kepadanya memiliki arti.
Menyimpan rasa cinta untuk Julio di dalam hati, agar kekuatan cinta itu tetap ada.
Herra ingin berteriak "saya mencintaimu, Julio".
Cinta tak selalu harus bersatu. Bayangan indah saat memadu kasih merupakan kekuatan cinta.
Herra menyadari semua ini.
Tak ingin Herra membuka hati nya untuk pria lain lagi.
Herra bertekad bahwa Julio adalah cinta  terakhir di dalam hidupnya.
Herra akan menghabiskan sisa waktu nya untuk hidup di dalam bayang-bayang kekuatan cinta Julio.
Tekad Herra untuk tetap membiarkan rasa cinta nya terhadap Julio berkembang dan menjadi kekuatan untuk dirinya, walau tanpa Julio mendampingi hidup nya.
Herra hanya ingin Julio tahu bahwa ia telah memberikan cinta suci untuk Julio.
Aku mencintaimu dan selalu mencintaimu.
Dengan mu atau tanpamu di sisiku.
Karena hati ini terlanjur mencintai mu.
Everlasting love.........


WANITA KARIER

Kemeja  katun  putih dengan celana jeans dan sepatu boot berhak tinggi sangat serasi di tubuh Herra  Puk yang tinggi. Di lengkapi dengan tas kulit bewarna coklat tanah buatan Italy merek terkenal, membuat penampilan Herra tampak sempurna dalam gaya berpakaian casual.

Gaya berjalan yang menawan, mampu mencuri pandang orang-orang untuk memandang Herra Puk.
Langkah pasti membawa nya ke gedung Mandiri lantai 31 untuk bertemu dengan salah seorang direktur pemilik lahan nikel yang akan di jual.
Herra Puk  tak mempedulikan orang-orang di sekitar yang mencuri pandang melihat penampilan nya.
Wajah cantik dengan senyum sekilas nya sangat mempesona.
Taufik berjalan di samping Herra Puk.
Taufik sangat senang dapat menemani Herra Puk menghadiri pertemuan dengan pemilik lahan nikel, Pak Andra.
Pak Andra sangat menghargai Herra Puk yang dengan singkat, jelas dan tegas menceritakan detail transaksi yang di lengkapi dengan kemampuan Taufik sebagai teknisi lapangan.
"Terimakasih Pak Andra".
Herra Puk berdiri sambil mengulurkan tangan nya menjabat tangan Pak Andra yang diikuti Taufik.
Pak Andra tersenyum ramah membalas uluran tangan Herra Puk.
Pertemuan itu hanya memakan waktu tiga puluh menit saja.
"Cari tempat makan siang yang nyaman Taufik", usul Herra Puk.
Taufik mengusulkan 'OUTBACK" cafe di pertokoan Ratu Plaza Blok M yang disetujui Herra Puk.
Taufik tahu kalau Herra Puk akan merasa nyaman di cafe tersebut. Suasana nyaman dengan sajian makanan lezat yang di sukai Herra Puk.
Herra Puk mempelajari data-data yang baru saja di terimanya dari Pak Andra sambil menikmati jus jeruk segar. Taufik pun sibuk menghitung nilai estimasi tambang nikel milik Pak Andra.
Mereka berkerja sambil menikmati makan siang lezatnya.
"Ok, siap Taufik".
" Kita ke Pantai Indah Kapuk sekarang untuk ketemu Pak Benny", ajak Herra Puk.
Taufik segera menelpon Pak Subur agar segera menuju lobby depan.
Herra Puk tak menyia-nyiakan waktu yang ada, ia tertidur.
Satu setengah jam perjalanan mereka tempuh untuk sampai di kantor Pak Benny,
Herra Puk  terbangun saat mobil sudah hampir tiba di gedung kantor Pak Benny.
Herra Puk dengan sigap merapikan rias wajah dengan sapuan tipis lipstik bewarna cerah.
Satu hal yang tidak pernah di lakukan Herra Puk adalah menyisir. Rambut indah yang di potong pendek selalu tampak rapi walaupun tak pernah di sisir.
Pak Benny sudah menunggu kedatangan mereka.
Herra Puk langsung menjelaskan nilai akusisi yang di ingin kan Pak Andra  dan Taufik menjelaskan estimasi deposit data lahan yang meraka dapatkan.
Pak Benny sangat puas atas kerja Herra Puk dan Taufik.
Pertemuan untuk penandatanganan MOU segera di jadwalkan oleh Herra Puk.
Eksekusi jual beli lahan berjalan dengan mulus dan  membuat lega Herra Puk dan Taufik.
Uang yang mereka dapat kan cukup untuk membuka sebuah kantor baru "MINING AGENCY" atau biro tambang.
Biro tambang pertama di Indonesia.
Pengalaman Herra  Puk selama tiga belas tahun berkerja di biro iklan atau "advertising agency " tidak sia-sia.
Herra Puk menerapkan konsep "biro" pada perusahaan baru milik nya, "PT. GELANG KENCANA SAKTI" mining agency.
Pengetahuan nya sebagai seorang analis kimia sangat membantu perusahaan baru yang di bangunnya.
Herra Puk bahagia melihat keberhasilan yang di capai.
Terlebih lagi saat ingatan nya melayang kepada kekasih hati nya Julio. Herra Puk tersenyum puas.
"Sayang .. telah ku buktikan untukmu dengan kekuatan cintamu", serunya dalam hati dan membuat  Herra Puk tersenyum.
Sebuah perusahaan telah  di bangun  Herra Puk oleh kekuatan cinta yang di dapatkan Herra Puk dari Julio.
Pikiran Herra Puk melayang ke Bandung, membayangkan Julio.
Masa-masa sulit yang telah di lalui terbayar sudah.
Herra Puk sangat berterimakasih kepada Julio kekasih hatinya, yang pernah menemani Herra Puk di saat  ia sedang terpuruk.
Kasih sayang dan kekuatan  cinta Julio mampu membangkitkan Herra Puk.
"Ach... cinta tak selalu harus bersatu", gumannya dalam hati saat Herra Puk terkenang akan Julio yang dengan sabar telah membangkitkan gairah hidupnya.
Herra Puk tersenyum sendiri saat teringat akan dirinya yang menangis tersedu berhari-hari karena perpisahannya dengan Julio.
Seorang wanita, hanya seorang wanita yang hanya mampu menangis saat kekasih hati nya pergi.
"Seandainya saja ku terlahir sebagai laki-laki, tak akan ada airmata dalam hidup ini", guman Herra Puk dalam hati sambil kembali mengisap cerutu kesayangan  yang di belinya di duty free Singapore.

BEBAS

Rumah Pendeta Eleana Sahetapy ramai di kunjungi orang.

Tampak beberapa orang sibuk menelpon dengan telpon genggam mencoba menghubungi Marna yang sedang mancing di sungai hutan pedalaman yang berjarak empat jam perjalanan dari kebun.
Herra Puk tergolek lemah di tengah ruangan. Orang-orang menangisi keadaan Herra Puk yang lemah tak berdaya.  Mereka mencoba memberi minum teh manis hangat dengan sendok kecil. Berkali-kali mereka mencoba menyuapkan sendok dan tak berhasil. Lidah Herra Puk terkunci, sehingga sesendok airpun tak dapat di telan. Hanya sesekali matanya terbuka dan berlinang air mata. Badannya tergolek lemah. Mereka memanggil Mantri petugas kesehatan di kebun dan memeriksa keadaan Herra Puk.
"Julurkan lidah nya bu", kata Mantri itu.
Yang di jawab gelengan kepala lemah Herra Puk. Hanya airmata yang mengalir deras membasahi kedua pipinya. Pak Mantri memeriksa tekanan darah dan menghitung denyut nadi Herra Puk, sambil menunggu ambulans dari klinik kebun.
Dengan ambulans Herra Puk di bawa ke klinik kebun untuk mendapatkan perawatan yang lebuh baik.
Orang-orang mengelilingi ranjang tempat Herra Puk di rawat.
Dengan gerakan tangan Herra Puk meminta kertas dan alat tulis.
Herra Puk menulis ," Tinggalkan saya sendiri di kamar".
Orang - orang bingung membaca tulisan Herra Puk dan satu persatu meninggalkan ruang rawat Herra Puk.
Herra Puk mengerahkan seluruh tenaga untuk dapat duduk bersila.
Sambil memejamkan mata Herra Puk duduk bersila dan berdoa.
Herra Puk merasakan kehadiran Paulus alm. suaminya yang telah meninggal dua tahun lalu, memberikan sebuah pedang yng halus panjang.
Tangan kanan Herra Puk terangkat kuat seolah menyambut pedang yang di berikan, dan menghunus pedang itu. Dengan seketika kekuatan Herra Puk kembali. Herra Puk merasakan badan  nya  segar dan kuat. Herra Puk tersenyum, turun dari ranjang dan membuka  pintu kamar.
Orang-orang bingung melihat kejadian itu. Atas saran semua orang, agar Herra Puk tidak di izinkan kembali ke rumah. Herra Puk tinggal di rumah Pendeta Eleana.
Herra Puk sangat berterimakasih kepada umat gereja di kebun yang peduli.
"Maaf, boleh saya bertanya sedikit", kata Pak  Pendeta hati-hati.
Herra Puk tersenyum menganggukan kepala.
"Apakah ibu sudah menikah dengan Pak Sumarna".
"Belum".
"Saat saya masih di Pekan Baru , Pak Sumarna bilang kami menikah dengan tetap pada agama kami masing-masing".
"Tapi sebelum berangkat ke kebun ini Pak Sumarna mengajak untuk nikah secara Muslim dan saya minta waktu untuk memikirkannya".
Orang-orang yang mendengar merasa prihatin dengan cerita Herra Puk.
Mereka berembuk dan sepakat untuk berdoa membebaskan Herra Puk dari kuasa gelap yang menimpa.
"dalam nama Tuhan Yesus Kristus dengan bilur-bilur Mu dan darah Mu yang kudus tahirkanlah hamba Mu".
Pak Pendeta mengajari Herra Puk mendaratkan doa singkat agar terbebas dari kuasa gelap.
Saya tidak mengerti  apa kesalahan yang saya perbuat , bulan lalu Sumarna menyandarkan saya dengan kasar, mencekal leher  untuk mencekik.
"Kalau memang saya datang ke Kalimantan ini untuk jadi pembunuh, saya akan membunuhmu", teriak Herra Puk saat lehernya terlepas dari cekalan Sumarna.
Sumarna membujuk Herra Puk dan minta maaf.
"Jangan kasar pada saya, saya mudah untuk memafkan".
"tapi tidak untuk yang menjaga dan mengasuh saya".
Herra Puk mengingatkan Sumarna atas tindakan kasar terhadap dirinya.

Hari berlalu seperti biasa, suasana perkebunan yang hening dengan pamadangan palam yang indah.
Sejauh mata memandang, alam tampak hijau pohon kelapa sawit.
Istri Pak Sukron anak buah Sumarna datang menjemput.
"Bu, di panggil ke klinik", Maya menjelaskan.
"Tungggu sebentar".
Ketenangan Herra Puk, membuat Maya gemas.
Orang-orang panik melihat wajah Sumarna yang penuh berlumur darah.
Dengan tenang Herra Puk membantu membersihkan darah  di wajah Sumarna.
Tulang bahu Sumarna retak dan satu tulang rusuk patah.
Sumarna terjerembab ke jurang dan terbentur tongggak kayu saat berbocengan, Supri anak buah yang di boncengnya tak terluka sedikit pun.

Saras istri  Pak Abed orang Dayak sampai mengatakan, "Bu kenapa sih, kalau Pak Sumarna marah kepada Ibu selalu dapat celaka?".
"Saat marah pada Ibu waktu bulan lalu, masak sih motor yang sedang di cuci terjungkir dan semua kaca spion dan lampu-lampu pecah", Saras bertanya dengan heran.
Herra Puk tak dapat menjawab yang ia sendiri tak mengerti.

Keadaan yang sangat tidak menyenangkan sering diterima Herra Puk.
Suatu malam Herra Puk berniat untuk menceburkan diri  di sungai Seruyan.
Malam itu Herra Puk keluar dari kebun menuju jalan raya, Malam gelap gulita, jalan raya tanpa penerangan. Tak ada aliran listrik. Tanpa rasa takut sedikit pun Herra Puk berjalan menyusuri jalan menuju sungai Seruyan.  Herra Puk merasa  tak sanggup hidup dalam keadaan seperti ini.
Herra Puk melambaikan tangan saat melihat lampu motor dari kejauhan.  Pengemudi motor menancap gas dengan kuat melewati Herra Puk yang bingung.
Herra Puk berdiri di tengah jalan sambil merentangkan tangan dan membuat truk besar berhenti tepat di depannya. Herra Puk meminta izin untuk dapat menumpang.
Herra Puk mendapatkan tumpangan menuju sungai Seruyan.
"Mau kemana bu".
"Sungai Seruyan", Jawab Herra Puk singkat.
"Wah tidak, saya tidak akan menurunkan ibu di sungai Seruyan".
"Saya akan bersalah kalau terjadi  sesuatu dengan ibu".
Truk melaju melewati sungai Seruyan dan Pak sopir tak mau berhenti.
Truk berhenti di sebuah warung agak jauh dari sungai Seruyan.
Herra Puk turun dari truk dan menyebrang, menunggu truk di arah yang berlawanan.
Herra Puk melambaikan tangan dan truk pun berhenti di depannya.
Herra Puk kembali menumpang truk .
"Kemana bu", tanya sopir truk itu.
"Ke kebun Pak".
"Kami tidak lewat kebun, tapi ibu bisa turun di pertigaan", jelas supir truk.
Herra Puk turun di pertigaan sebelum truk itu belok ke kanan.
Waktu menunjukan pukul satu tengah malam.
Herra Puk melihat warung masih buka. Di belinya beberapa kaleng sprite.
Herra Puk berjalan ke tengah jalan dan  memanggil ojeg.
Dengan ojeg Herra Puk melanjutkan perjalanan menuju kebun.
Herra Puk menyelinap masuk kembali ke dalam rumah  yang kosong.
Di keluarkannya obat tidur yang ia minta berkali-kali dari klinik di kebun dengan alasan tak bisa tidur.
Empat puluh butir obat tidur di tegak nya sekaligus dengan sprite yang di beli di warung tadi.
Herra Puk tertidur.
Sumarna tak mempedulikan apa yang terjadi pada Herra Puk.
Bu Teguh datang kerumah Herra Puk untuk menolong.
Herra Puk sudah sangat tidak tahan dengan keadaan yang di hadapinya.
Dengan bantuan Bu Teguh, Herra Puk mengemas sedikit barang yang akan di bawa. Herra Puk di bonceng Bu Teguh kerumah Pendeta Eleana Sahetapy.

Perasaan lega saat  Herra Puk dapat menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya kepada Pak Pendeta.
Sudah  dua hari Herra Puk tinggal di gereja kebun.

Malam itu Sumarna menjemput Herra Puk.
Setelah meminta izin dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Pendeta, Herra Puk pamit.  Pak Pendeta mengiring kepergian Herra Puk dengan doa.

Herra Puk  mau mengikutinya asal di izinkan ke Jakarta, yang disetujui Sumarna.
Sumarna mengantar Herra Puk ke bandara Sampit.
Pendeta Eleana Sahetapy menciumi Herra Puk sambil berbisik,"TUHAN menyertaimu selalu".
Herra Puk sangat berterimakasih.
Herra Puk kembali ke Jakarta dan entah hendak kemana??
WElcome to the jungle.


MENANGIS

Tiga hari sudah banjir airmata di wajah Herra Puk.

Bayaran yang  mahal untuk lembaran kisah cinta yang singkat.
Herra  Puk tak pernah memperhitungkan akan memiliki rasa kehilangan yang demikian besar.
Cinta adalah anugrah dan perpisahan adalah musibah.
Herra Puk belum dapat mengendalikan perasaan. Seharusnya Herra Puk dapat menjadikan anugrah cinta yang di dapatkannya tumbuh  berkembang dan memiliki makna.
Hati Herra Puk tenggelam oleh rasa kehilangan yang mendalam, rasa jatuh cinta.
Herra Puk terlanjur mencintai Julio dengan sepenuh hati.
Pikiran mempersiapkan Herra Puk untuk sadar di batas waktu, tapi perasaan hati sukar untuk dapat di kendalikan.
Airmata selalu mengambang di pelupuk mata saat mengenang masa-masa indah bersama Julio. Keindahan cinta yang harus di bayar oleh airmata.
Hanyut dalam kesedihan membuat Herra Puk tak berdaya.
Rasa rindu yang tertahan sangat menyiksa diri.
"Tak ada lagi tempatku bermanja", desah nya.
Tenggelam dalam tangis membuat Herra Puk jatuh tertidur.
TUHAN kenapa engkau memberi ku anugrah dan musibah ini.

Airmata masih deras mengalir membasahi pipi.
"Mengapa harus jatuh ke dalam cinta terlarang".
Herra Puk membiarkan diri hanyut dalam kesedihan yang mendalam. Rasa kehilangan sering ia rasakan, dan tak sampai seperti ini.
"Kenapa aku harus jatuh cinta kepadanya", Herra Puk menyesali diri.
Tak ada lagi yang dapat dilakukan dan di pikirkan selain menangis.

Herra Puk mematikan telp genggam.
Herra  Puk merasa malu saat Taufik bilang, "Lu lagi sedih  ya".
Herra Puk mengelak, " ngak".
"Ah ketahuan dari suara nya beda".
Herra tak dapat mengelak lagi.
Memutuskan komunikasi lebih baik.
Herra  Puk  ingin menanggung semua nya seorang diri dan menyendiri.
Biarlah tak perlu ada  orang lain yang tahu betapa hancur hatinya oleh rasa kehilangan orang yang di cintainya, kekasih nya yang selama ini  menjadi tempatnya bermanja.

Tak akan ada lagi sapaan manja di telp, seperti biasanya saat Herra Puk menerima telp dari Julio.
Hilang, semua telah hilang.
Memikirkan semua itu membuat airmata jatuh berlinang.
Kenangan indah hanya menambah deras airmata mengalir.
Semua telah berlalu.

Lembaran kisah cinta yang berakhir dengan airmata.





BERBALIK

Senja telah lalu, malam menjelang.

Biarlah kekelaman hari ini tergantikan oleh cerahnya esok hari.
Sambutlah cerahnya hari esok.
Terang benderanglah hidupmu, karena kelam nya malam telah kau lalui.
Hapuslah airmata, tataplah hidup ke depan.
Kehidupan akan terus berjalan dengan dan tanpa pria di sisi hidupmu.
Herra Puk menghibur diri sendiri.
Segala keterbatasan dan keterbukaan adalah benar dan baik.
Bila Julio memang mencintai mu dia akan membagi cintanya dengan adil tanpa batas waktu atau bermain dengan perasaan seperti saat ini.
Julio tidak mencintaimu.
Tak sedikit pun ia mencintaimu dan kau  tak ada harganya.
Cinta berselubung obsesi masa remaja yang dia berikan padamu.
Dan ... kamu yang terjebak dalam kata-kata manisnya cinta.
Ia tak akan membuat mu menangis dan bersembunyi atas sebuah jabatan suami bila memang ia mencintaimu.
Tak perlu membencinya sama seperti tak perlu mencintainya.
Biarlah ia melengkapi kelamnya hidupmu untuk menyambut cerahnya hari esok.
Lupakanlah semua yang terjadi.
Lupakan semua belaian fatamorgana.
Lupakanlah semua manis nya kata cinta.
Karena sepahit empedu menanti di batas waktu.
Karena yang sesungguhnya ia tidak mencintaimu.
Julio sangat amat tidak mencintaimu.
Bila ia mencintaimu ia tak akan membuatmu menangis terisak dan tersiksa.
Tidurlah..... lalui malam larut. Tidurlah dalam kelamnya lembaran hidup yang harus kaujalani.
Tak sampai hati aku melihatmu menangis berhari-hari sepanjang hari.
Tidurlah ... habiskanlah kekelaman malam.
Tidurlah dalam dekapan malam kelamnya hidupmu.
Karena badai hidup 'kan segera berlalu.
Simpanlah tenaga mu menyambut indahnya hari esok yang cerah.
Hari esok yang benderang dan cemerlang.
Kelamnya malam akan terhapus bagai embun di siang hari. Lenyap tanpa bekas.
Jangan simpan duka tangismu, tersenyum lah.
Tersenyumlah bersama matahari yang esok 'kan bersinar cerah menerangi hidupmu.
Senyum mu akan menerangi hidupmu. Seperti sinar matahari menerangi bumi.
Senyum mu, pesona mu anugrah yang sesungguh nya.
Hidupmu penuh dengan cinta sejati.
Anugrah adalah cinta sejati.
Cinta sesaat adalah musibah.

Julio sangat amat tidak mencintaimu. Biarlah dia berlalu dari hidupmu.
Engkau terjebak oleh cinta sesaat dan tak perlu kau berkorban.

Beristirahat lah sayang... simpanlah tenagamu, pesona mu, senyum mu, anugrah yang kau miliki.
Untuk cinta sejati yang telah kau dapatkan dan selalu kau dapatkan.




SAHABAT

Dengan lesu Herra Puk menerima telp Angga.

Angga mengenali suara Herra Puk yang tak bersemangat.
Angga senang dengan nada yang penuh semangat saat Herra Puk menjawab telp,  tapi saat ini suara itu hilang. Angga menanyakan dengan hati-hati.
"Kenapa.. lu".
Tanya Angga menyelidik.
Herra Puk tak dapat menjawab pertanyaan Angga,
"Ya sudah, kalau memang sedang ada masalah, gua ngak ganggu".
Kata Angga sambil menutup telp nya.

"Berdoa... katakan "I love you" pada Tuhan, yang pasti akan menyayangi kita".
Pesan singkat di kirim Angga.
Herra Puk tersenyum membaca sms Angga.
Benar juga, pikir Herra Puk.
"Berarti doa tobat dulu yaa.... ", balas Herra Puk.
"Ayo berdoa dulu", usul Angga lewat sms.

Herra  Puk mencoba mengambil saat hening untuk berdoa sejenak.
Herra  Puk berusaha memejamkan mata agar tertidur, tapi pikiran Herra Puk melayang entah kemana.
Di peluk nya guling dan menutupi diri dengan selimut tak membuat Herra Puk terrtidur.
Doa Bapa Kami di daraskankan berulang-ulang dalam hati, sungguh terasa sulit bayangan Julio selalu hadir dalam angan nya.
Herra Puk berusaha melawan dengan terus mendaraskan doa Bapa Kami.
Herra Puk lelah dan ingin tidur.
Bayangan masa yang telah lalu bersama Julio sangat mennyiksa. Herra Puk menahan rasa rindu yang membuat angan nya selalu melayang kepada Julio.
Herra Puk terus mendaraskan doa Bapa Kami dan tertidur.

Badan Herra Puk terasa lemah karena tak cukup tidur.
Perasaan sedih masih menggelayuti hati Herra Puk.
Herra Puk tak meng aktifkan telp genggamnya.
Ia ingin menyendiri dan benar-benar sendiri tanpa komunikasi.

Herra Puk tersenyum saat meng aktifkan telp genggamnya.
Rekan-rekan Herra Puk mengomentari hp yang tidak aktif.
Karena tak pernah Herra  Puk berbuat demikian sebelum nya.

Hujan mengguyur  deras membasahi bumi yang panas.
Sore hari ini terasa sejuk dengan sambaran petir yang susul menyusul menciptakan kadungan ozon yang menyegarkan.
Herra Puk menarik nafas panjang, kemarin ada gerimis  jatuh di pipi  saat Julio menelpon  dan mengatakan "I love you".
Herra Puk tak tahan mendengar kalimat  yang hanya membuat airmata langsung mengambang di pelupuk mata. Lidah Herra Puk kelu tak dapat mengucapkan sepatah katapun, disusul airmata yang berderai.


Udara sejuk sore ini membuat Herra Puk tenang  dan termenung.  Bayangan Julio sangat mengelisahkan hati. Kerinduan tertahan.
Herra Puk tak mengerti kenapa angan selalu melayang kepada bayangan Julio. Sungguh menyedihkan.
Saat angan  nya melayang kepada Julio, ada pesan singkat masuk.
Herra Puk berharap pesan dari Julio, ternyata dari Angga.
"Sudah doa tobat nya?".
"Sudah tenang?".
Pertanyaan Angga lewat pesan singkat.
"Doa tobat nya udah, tenang nya belum", jawab Herra Puk singkat.
"Jangan lemah atuh".
Pesan singkat yang tak di balas oleh Herra Puk.
"LEMAH", salah kah jujur kepada diri sendiri?.
Apakah harus berpura-pura sangat tegar?.
Sakit kepala yang amat sangat membuat Herra Puk tak ingin memikirkan apapun.
Kesedihan, kerinduan tak dapat dirasakan oleh orang lain.
Biarlah, memang benar yang seperti Julio katakan, waktu akan mengobati dan merubah segala nya.
Memang benar kalau semua itu hanya cinta sesaat saja.
Sampai saat ini Herra Puk pun tak tahu, mampukah dia melupakan Julio begitu saja dan mengabaikannya?.
Pikiran dan hati Herra Puk belum menjadi harmoni, masih  bertolak belakang.
Sebagai teman Angga cukup menghibur.
Angga hanya tahu Herra Puk bersedih, dan Herra Puk akan tetap diam tak dapat menjelaskan kenapa dan apa yang membuat nya bersedih.
Angga hanya menganjurkan agar Herra Puk focus pada bisnis.
Angga  berkaul untuk ziarah ke Sendang Sono Jogja kalau project yang sedang mereka kerjakan berhasil.
Angga memberi contoh bahwa dia pun memutuskan hubungan dengan teman kencan yang pernah Angga ceritakan. Angga merasa lebih nyaman dalam kesendirian nya.
Angga mengusulkan untuk ziarah bersama.
Herra Puk tak memberikan jawaban, karena Herra Puk memiliki rencana tersendiri.








APRIL KELABU

Bumi ini banjir oleh airmata  yang mengalir di minggu ketiga April kelabu Herra Puk.

Kenyataan harus dihadapi. Tegar dan kuat, sudah seharus nya.
Berjuang lah melawan diri sendiri Herra Puk.
Itulah musuh terbesarmu, dirimu sendiri.
Kendalikan  pikiran dan perasaan dalam satu harmoni yang senada.
Jangan larut, jangan hanyut hanya oleh perasaan saja atau pikiran saja.
Bangkit berdiri tegar bagai orang kulon.
Bila pikiran mu menghargai keputusan Julio.
Bila pikiran mu mencintai Julio.
Pikiran mu harus melupakan Julio.
Bila hatimu menghargai Julio.
Bila hati mu mencintai Julio.
Hatimu ingin bersama Julio.
Bagaimana kah bisa mencapai harmoni?.
Karena hati mu pasti tak dapat melupakan Julio.

Menghargai Julio dengan pikiran dan hati adalah harmoni yang indah.
Mencintai  Julio dengan pikiran dan hati adalah harmoni yang indah.
Menghargai dan mencintai dengan pikran dan hati sangat indah dan harmoni akan tercipta sendirinya.

Saat ini, pikiran dan hati belum selaras.
Karena Herra Puk mendapatkan cinta terlarang.
Herra Puk harus pergi dari cinta terlarang.
Pergi membawa cinta nya terhadap Julio.
Herra Puk sangat mencintai Julio.
Herra Puk ingin Julio kembali menjadi suami yang baik bagi istri nya dan ayah yang baik bagi anak2 nya.
Apapun pikiran dan hati Herra Puk, ia harus pergi dari sisi Julio.
Pergi dengan membawa duka di hati.
Tersiksa oleh rasa rindu yang tertahan.
Sampai kapan kah Herra Puk mampu bertahan dalam kondisi seperti ini?.

Walau hari ini tak ada airmata yang mengalir.
Alam menggantikannya.
Hujan deras mengguyur bumi, menggantikan airmata yang sejak kemarin membasahi bumi.

Kalau saja Julio tidak terlalu keras dengan deadline, tapi berjalan nature tak mungkin kejadian ini akan terjadi.
Deadline yang Julio berikan memukul telak Herra Puk, membuat Herra Puk kaget dan tertantang.
Herra Puk belum menemukan obat terbaik menghadapi masalah ini.
Laki-laki  sebagai obat terbaik dalam masalah ini, sangat tak di harapkan Julio.
Herra Puk  sangat menghargai opini Julio dan berusaha melakukan apa yang Julio inginkan.
Mudah saja bagi Herra Puk untuk mendapatkan pelukan dari laki-laki lain.
Herra Puk berjanji kepada diri sendiri untuk tidak menyelesaikan masalah dengan masalah,  seperti yang Julio ingatkan kepadanya.

Berat bagi Herra Puk menyelesaikan kondisi ini, karena Herra Puk belum mendapatkan jawaban atau obat nya.
Herra Puk tak boleh jatuh ke dalam pelukan laki-laki hanya karena kecewa kepada Julio.

Herra Puk masih oleng, dia masih membutuhkan kasih sayang Julio.
Walau perlahan tapi pasti Herra Puk  harus merelakan Julio berbahagia bersama keluarganya dan pergi dari kehidupan Julio.
Herra Puk sedang berusaha membentuk dirinya sendiri.
Karena selama ini Herra Puk mengobati sakit hati karena laki-laki dengan laki-laki.
Herra Puk sangat berharap Julio masih ada waktu menemani.

Herra Puk sedang berusaha menciptakan obat yang tidak sama dengan sebelumnya, yaitu laki-laki.
Herra Puk sedang mencoba menghapus laki-laki dalam hidupnya.
Belajar untuk mencintai diri sendiri.
Keputusan harus segara Herra Puk dapatkan, agar tak hanyut dalam kesedihan dan kekecewaan.
Herra Puk memutuskan untuk menyendiri dan hidup sendiri, walaupun harus pergi dari cinta terlarang Julio.
Menikmati keindahan cinta bersama Julio membuat Herra Puk tak mampu dan tak menginginkan laki-laki lain.
Herra Puk memutuskan untuk hidup dengan tokoh fiksi yang di ciptakannnya, mengisi cinta dengan angan nya.
Herra Puk tak ingin jatuh dalam pelukan nyata laki-laki lain.
Sudah dua hari ini Herra Puk merasa sanggup bercengkrama dengan tokoh fiksi ciptaan nya. Membagi perasaan cinta yang ada dalam angan nya.
Herra Puk harus merelakan kebahagiaan Julio tanpa perasaan  kecewa.
Anom Cakradi tokoh fiksi yang di ciptakannya akan mewakili cinta Herra Puk terhadap Julio.
Herra Puk akan mendapatkan segala perasaan yang ia miliki dan yang di harapkannya.
Perasaan nyaman hidup dalam tokoh Anom Cakradi mulai di rasakan Herra Puk.
Walau perasaaan rindu terhadap Julio sering terlintas dalam angannya.
Herra Puk sadar, bila ia mencintai Julio, ia harus  merelakan kebahagiaan Julio.
Bukankah kebahagiaan itu pun milik nya?.
Turut berbahagia menyaksikan seorang kekasih hati yang berbahagia?.
Herra Puk mengajak hati untuk berdamai dengan pikiran agar dapat tercipta harmoni yang indah.
Tak mudah untuk membuang ego pribadi atau keinginan pribadi.
Herra Puk terlanjur mencintai Julio.
Herra Puk menuntut diri sendiri untuk membuktikan kekuatan cinta terhadap Julio setelah Herra Puk mendapatkan kekuatan dari cinta Julio.
Herra Puk yakin, kekuatan cinta Julio yang di dapatkannya selama ini mampu memberikan kekuatan untuk menghadapi kenyataan.
Herra  Puk menyadari harus menjauh dari kehidupan Julio bila ia mencintai Julio.
Ah.... kenapa aku terjebak dalam cinta terlarang.



FATAMORGANA

Bumi ini banjir oleh airmata  yang mengalir di minggu ketiga April kelabu Herra Puk.

Kenyataan harus dihadapi. Tegar dan kuat, sudah seharus nya.
Berjuang lah melawan diri sendiri Herra Puk.
Itulah musuh terbesarmu, dirimu sendiri.
Kendalikan  pikiran dan perasaan dalam satu harmoni yang senada.
Jangan larut, jangan hanyut hanya oleh perasaan saja atau pikiran saja.
Bangkit berdiri tegar bagai orang kulon.
Bila pikiran mu menghargai keputusan Julio.
Bila pikiran mu mencintai Julio.
Pikiran mu harus melupakan Julio.
Bila hatimu menghargai Julio.
Bila hati mu mencintai Julio.
Hatimu ingin bersama Julio.
Bagaimana kah bisa mencapai harmoni?.
Karena hati mu pasti tak dapat melupakan Julio.


Menghargai Julio dengan pikiran dan hati adalah harmoni yang indah.
Mencintai  Julio dengan pikiran dan hati adalah harmoni yang indah.
Menghargai dan mencintai dengan pikran dan hati sangat indah dan harmoni akan tercipta sendirinya.

Saat ini, pikiran dan hati belum selaras.

Karena Herra Puk mendapatkan cinta terlarang.
Herra Puk harus pergi dari cinta terlarang.
Pergi membawa cinta nya terhadap Julio.
Herra Puk sangat mencintai Julio.
Herra Puk ingin Julio kembali menjadi suami yang baik bagi istri nya dan ayah yang baik bagi anak2 nya.
Apapun pikiran dan hati Herra Puk, ia harus pergi dari sisi Julio.
Pergi dengan membawa duka di hati.
Tersiksa oleh rasa rindu yang tertahan.
Sampai kapan kah Herra Puk mampu bertahan dalam kondisi seperti ini?.

Walau hari ini tak ada airmata yang mengalir.
Alam menggantikannya.
Hujan deras mengguyur bumi, menggantikan airmata yang sejak kemarin membasahi bumi.

Kalau saja Julio tidak terlalu keras dengan deadline, tapi berjalan nature tak mungkin kejadian ini akan terjadi.
Deadline yang Julio berikan memukul telak Herra Puk, membuat Herra Puk kaget dan tertantang.
Herra Puk belum menemukan obat terbaik menghadapi masalah ini.
Laki-laki  sebagai obat terbaik dalam masalah ini, sangat tak di harapkan Julio.
Herra Puk  sangat menghargai opini Julio dan berusaha melakukan apa yang Julio inginkan.
Mudah saja bagi Herra Puk untuk mendapatkan pelukan dari laki-laki lain.
Herra Puk berjanji kepada diri sendiri untuk tidak menyelesaikan masalah dengan masalah,  seperti yang Julio ingatkan kepadanya.

Berat bagi Herra Puk menyelesaikan kondisi ini, karena Herra Puk belum mendapatkan jawaban atau obat nya.
Herra Puk tak boleh jatuh ke dalam pelukan laki-laki hanya karena kecewa kepada Julio.
Herra Puk masih oleng, dia masih membutuhkan kasih sayang Julio.
Walau perlahan tapi pasti Herra Puk  harus merelakan Julio berbahagia bersama keluarganya dan pergi dari kehidupan Julio.
Herra Puk sedang berusaha membentuk dirinya sendiri.
Karena selama ini Herra Puk mengobati sakit hati karena laki-laki dengan laki-laki.
Herra Puk sangat berharap Julio masih ada waktu menemani.

Herra Puk sedang berusaha menciptakan obat yang tidak sama dengan sebelumnya, yaitu laki-laki.
Herra Puk sedang mencoba menghapus laki-laki dalam hidupnya.
Belajar untuk mencintai diri sendiri.
Keputusan harus segara Herra Puk dapatkan, agar tak hanyut dalam kesedihan dan kekecewaan.
Herra Puk memutuskan untuk menyendiri dan hidup sendiri, walaupun harus pergi dari cinta terlarang Julio.
Menikmati keindahan cinta bersama Julio membuat Herra Puk tak mampu dan tak menginginkan laki-laki lain.
Herra Puk memutuskan untuk hidup dengan tokoh fiksi yang di ciptakannnya, mengisi cinta dengan angan nya.
Herra Puk tak ingin jatuh dalam pelukan nyata laki-laki lain.
Sudah dua hari ini Herra Puk merasa sanggup bercengkrama dengan tokoh fiksi ciptaan nya. Membagi perasaan cinta yang ada dalam angan nya.
Herra Puk harus merelakan kebahagiaan Julio tanpa perasaan  kecewa.
Anom Cakradi tokoh fiksi yang di ciptakannya akan mewakili cinta Herra Puk terhadap Julio.
Herra Puk akan mendapatkan segala perasaan yang ia miliki dan yang di harapkannya.
Perasaan nyaman hidup dalam tokoh Anom Cakradi mulai di rasakan Herra Puk.
Walau perasaaan rindu terhadap Julio sering terlintas dalam angannya.
Herra Puk sadar, bila ia mencintai Julio, ia harus  merelakan kebahagiaan Julio.
Bukankah kebahagiaan itu pun milik nya?.
Turut berbahagia menyaksikan seorang kekasih hati yang berbahagia?.
Herra Puk mengajak hati untuk berdamai dengan pikiran agar dapat tercipta harmoni yang indah.
Tak mudah untuk membuang ego pribadi atau keinginan pribadi.
Herra Puk terlanjur mencintai Julio.
Herra Puk menuntut diri sendiri untuk membuktikan kekuatan cinta terhadap Julio setelah Herra Puk mendapatkan kekuatan dari cinta Julio.
Herra Puk yakin, kekuatan cinta Julio yang di dapatkannya selama ini mampu memberikan kekuatan untuk menghadapi kenyataan.
Herra  Puk menyadari harus menjauh dari kehidupan Julio bila ia mencintai Julio.
Fatamorgana cinta.
Ah.... kenapa aku terjebak dalam cinta terlarang.






TAS

Bekasi, Pebruari 2012.


Tas itu terbungkus rapih di antara tumpukan tas-tas lainnya. Tas itu bagai pisau yang menusuk tajam relung hati yang terluka. Nafas panjang terhela melegakan dada yang sesak oleh penghianatan.
Ah.. cinta yang berubah benci sekejap saja. Tas yang menyisakan kekecawaan masa lalu yang tidak mungkin terhapus dalam kehidupan. Tas baru, sepatu baru dan baju baru telah di siapkan untuk keberangkatannya ke kampung calon suami nya, terkulai begitu saja bagai bunga kembang tak jadi. Hanya sayatan dalam yang menusuk di relung hati. Calon.... hanya calon yang gugur begitu saja karena bukan orang sekampungnya.
Alasan yang sangat menyakitkan hati. Lupakanlah semua yang t'lah terjadi, bukalah lembaran hidup yang baru.
Hanya selembar warna kehidupan yang pahit warna yang tak patut dan tak ingin di kenang. Biarlah semuanya sudah terjadi. Serasa begitu mudahnya melupakan hal itu. Tidaaakkk.... tidak melupakannya, hanya menguburkan nya dalam-dalam di relung hati yang paling dalam. Menutupi luka hanya itu yang dapat di lakukannya. Apalah daya seorang wanita.
Tak terasa pula waktu begitu cepat berlalu, dua tahun sudah terlampaui.......

Jakarta, Pertengahan tahun 2010.
Pertemuan tadi siang di lobby hotel melati sangat melelahkan Era.
Era tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang hadir. Era memfokuskan diri pada apa yang sedang dikerjakannya, presentasi.
Saat malam Era mengecek telp seluler nya dan memeriksa nomor panggilan tak terjawab.
"Maaf, kalau saya boleh tahu saya bicara dengan siapa?", sapa Era di telp.
"Eee.. iya ... kamu yang tadi siang dipertemuan 'kan, saya Toni, dan kamu Era 'kan",  jawabnya dengan suara yang berat.
"Iyaa, maaf habis saya tidak tahu nomor telp siapa", sahut Era., ok terimakasih Toni", sahut Era.

Pagi itu Era sedang bersiap-siap untuk bekerja. Betapa kagetnya Era karena Toni berdiri persis di depan pintu.  "Selamat pagi....", sapa Toni ramah.
Era menjawab dengan senyumannya.
"Ada yang  bisa saya bantu", tegur Era menawarkan diri.
"Tidak.... saya hanya ingin bertemu", jawab Toni lugu.
"Maaf... saya harus pergi kerja, pamit yaaa", ucap Era sambil berjalan meninggalkan Toni yang masih berdiri terpaku di depan pintu.

Sore itu saat Era sedang merapikan rumahnya,  Toni datang kembali mengunjungi Era. Mereka berbincang sampai larut malam, entah apa yang di bicarakan mereka.
Pertemuan itu berlalu begitu saja dan Era  pun tidak terlalu memikirkannya.

Pagi itu saat Era membuka pintu rumahnya, Toni telah berdiri persis di depan pintu rumah Era dan tersenyum saat di lihat nya Era membuka pintu.
"Hi.. selamat pagi Toni", sapa Era.
"Selamat pagi ra", sahut Toni.
"Sudah sarapan?".
"Silahkan masuk ... yuk kita sarapan sama-sama", undang Era, yang di sambut malu-malu oleh Toni.
Persahabatan yang terjalin begitu cepat.
Dengan berani Toni mengajak Era untuk hidup bersama dan menikah.
Ajakan yang tidak di tolak Era.
Di Jakarta, Toni hanya menumpang pada keluarga nya dan rumahnya di Girian- Bitung, Sulawesi.
Toni melapor pada ketua RT setempat bahwa mereka segera akan menikah dan untuk sementara waktu mereka tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari tempat tinggal keluarga Toni.

Saat Era merasakan sakit pinggang dan berkonsultasi pada dokter teman mereka, dr. Boy mengatakan bahwa Era hamil. Dan di sambut bahagia oleh Toni yang tidak memiliki anak kandung.
Hari-hari berlalu dan perut Era semakin bertambah besar.

Sangat di sayangkan, kelakuan Toni  berubah, Toni sering menerima  dari seorang wanita, Zena.
Kecemburuan Era mulai tampak. Dan Toni menghiburnya dengan mengatakan bahwa Zena yang menyukainya dan mereka telah lama berhubungan, saat istri Toni masih hidup. Mereka sering berselingkuh. Betapa meyesalnya Era.
Telp tambah sering berdering dari Zena entah siang bahkan tengah malam buta, sangat menyakitkan hati. Toni menghibur dengan mengatakan bahwa hanya Era yang di cintai. Kalau memang benar seandainya Zena yang Toni cintai, ia pasti menikahi nya setelah istrinya meninggal dunia. Menurut Toni pula bahwa keluarga almarhum istrinya sangat membenci Zena dan menuding sebagai penyebab kematian istrinya.
Era, wanita bodoh yang mempercayai ucapan Toni yang akan menikahinya di bulan December setelah kembali ke Jakarta.
"Sabar ya sayang.... saya hanya pulang satu minggu saja untuk beberapa urusan, dan paling lamapun dua minggu", kata  Toni sambil memeluk mesra Era.
Tak ada kata yang dapat di ucapkan Era selain bersandar di dada Toni dengan manjanya.



Jakarta, November 2010.
Zena yang pegawai negri seorang guru SD, datang ke Jakarta untuk kunjungan tugas,
Sayang seorang  tenaga pendidik guru SD yang sudah kehilangan citra, mengerikan??? Apa jadinya murid didiknya bila mengetahui kalau Bu guru yang di hormatinya memiliki hubungan sex di luar nikah?.  Masihkah mampu berdiri di depan kelas mengajarkan moralitas?.

Kesempatan yang tidak di sia-sia kan Zena untuk membujuk Toni segera pulang ke Bitung.
Toni memutuskan pulang ke kampungnya di Bitung.

Seminggu telah berlalu, Toni berada di kampungnya.
Zena menelpon kerabat nya dan mengatakan bila memang Era hamil silahkan menikah dan bercerai setelah anak itu lahir. Betapa sakit hati Era mendengarnya.
Kerabat Toni menawarkan obat untuk mengugurkan kandungan, melihat kondisi yang riskan seperti itu. Betapa beban berat yang harus di tanggung Era.

Era hanya tersenyum saja saat ibu-ibu tetangga mempergunjingkan perutnya yang makin membesar dan menanyakan, kapan Toni akan datang.
Era hanya menarik nafas panjang, pasrah.
Era sangat cemas telah tiga hari Toni tak dapat dihubungi lewat telp.
Era sangat panik, dan tak tahu harus berbuat apa.
Malam itu Era turun naik tangga untuk ke kamar kecil hampir duapuluh kali lebih.
Mata tak mau terpejam, dengan perut yang terasa sakit, membuat Era bolak-balik ke kamar kecil.
Menjelang subuh Era tertidur pulas kelelahan dan sakit.
Betapa kagetnya Era saat merasakan perutnya yang mengecil dan kembali ramping. Dimana, kemana perut gendut yang hampir 4 bulan kehamilan itu?.
Era sangat bingung dan tak tahu harus berbuat apa.
Era hanya dapat berdoa pasrah.
Dan yang lebih menyakitkan hati lagi adalah kerabat Toni yang masih kerabat Zena juga datang mengunjungi Era dan menanyakan kehamilan Era.
Seolah mereka mencari tahu.... yang  Era tidak mengerti sebelumnya.
Ooo.... ada yang mereka kerjakan, karena menurut tante Vince tetangga Era bahwa bukan tidak mungkin untuk menghilangkan kehamilan dan sebaliknya dengan ilmu dari kampung mereka yang memang di kenal di masyarakat umum di kampung Toni.
Era  hanya terdiam mendengarkan celoteh tante Vonny dan tante Vince membicarakan dirinya.
"Hanya Tuhan yang tahu", jerit hati Era.
Tak mudah menerima penjelasan tante Vonny dan tante Vince yang tak masuk di akal.
Era hanya menarik nafas pasrah.


Sore itu Era merasakan sakit perut  yang tak tertahankan dan membuat Era pingsan berkali-kali.
" Era jangan pergi,..... kasihan Gelang yang sudah tidak memiliki bapak dan hanya memilikimu Era", seru  Ijar  dalam tangisnya sambil mengelus kepala Era. Ijar sahabatnya menangis melihat Era menahan sakit dan jatuh pingsan, Sadar dan  pingsan lagi,  berkali-kali. . Hari sudah bertambah larut.  Era pingsan lagi dan lama tak sadarkan diri. Akhirnya Ijar dan teman-temannya melarikan  Era  ke rumah sakit.
Dengan drankar Era di bawa ke bagian UGD.  Dokter memeriksanya dengan seksama, Era masih belum sadarkan diri juga.

Pukul dua belas tengah malam, Era membuka matanya dan sadar.
Era kaget melihat dirinya di rumah sakit dan beranjak turun dari tempat tidur.
"Kenapa, kenapa:, seru Era bingung.
"Saya tidak apa-apa dan yuk kita pulang", lanjutnya lagi sambil berjalan keluar,
Era memaksa pulang saat itu juga dengan kesadaran penuh.
Beristirahat di rumah di temani beberapa sahabatnya.
Pagi itu Era sudah tamapk lebih baik dan sehat.

Sore itu beberapa teman Era datang melihat keadaannya.
"Iyaa... Ferry, bantu saya melupakan Toni, tolong bantu doa", pinta Era.
Ferry hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum.
Ijar sahabatnya merasa lega melihat Era kembali sehat.

"Masak apa Era.... ", seru Ijar siang itu setelah pulang berjualan di pasar.
"Rendang..., okay 'kan", jawab Era.
Era keluar dari rumahnya dengan sepiring nasi berisi rendang dan tumis sayuran.
Era menemani Ijar makan di lorong gang tempat tinggal mereka.
Ijar makan dengan lahapnya,
"Saya tidak habiskan ya, untuk Irul  saja", serunya.
"Habiskan..., nanti kalau Irul datang masih ada koq", jawab Era.

Tak terasa waktu berjalan terus.... memetik jambu air di halaman rumah teh One,  mangga  di halaman rumah Janti  dan rambutan di belakang rumah tante Vonny dan menikmati rujak  atau memasak kepala ikan tongkol dan makan beramai-ramai sangat menyenangkan.

Innalillahi wa inna lilahi rojiun.  Telah berpulang ke pangkuanNYA.
Tengah malam itu lorong gang ramai sekali.
"Era.., Era... bangun,,,, sobatmua meninggal", seru orang-orang di luar.
Dengan mata yang masih terkantuk-kantuk Era keluar dan tak percaya langsung menuju rumah Ijar dan di pandangnya wajah sahabat nya yang terbujur kaku tak bernafas lagi. Hanya selisih 100 hari Ijar menyusul kepergian suaminya.
Era menangis melihat sahabatnya t'lah pergi.
"Ijar sudah menangisi  elu  duluan", ucap Eli lirih.
"Lu tahu ngak, waktu lu sakit dia teriak "jangan pergi Era", dan sekarang dia t'lah pergi", lanjut Eli.
Era tak dapat berkata apapun, matanya berkaca-kaca memandang Ijar yang terbujur kaku.
Beberapa hari lalu Ijar mengajaknya ke Jatinegara untuk menemaninya belanja barang dagangan, Ijar sangat ingin menghibur Era agar tak melamun dan menangis.
Pagi hari sebelum berjualan di pasar, pasti dia akan menegir Era.
"Era.. turun dong, bangun",  serunya sambil duudk di depan warung oma.
"Sedang betapa Jarr", canda Era.
"Betapa sedihnya... Betapa lelahnya dan .. pokoknya BETAPA", yang dilanjutkan dengan gerai tawa mereka di pagi hari.

Sore hari akan di habiskan Era dengan bermain layangan menemani Gelang anak lali-lakinya dan Ijar menemainya dengan duduk di depan warung oma sambil menikmaei kopi dingin kesukaanya dan melihat Era bermain layang-layang.
Ijar sering mentraktir Era bila jualannya laris.

Era sering menggangu Ijar dengan berlari kecil mendorong gerobak dagangan Ijar sepulang berjualan di pasar. Penyakit kanker yang di deritanya membuatnya sering letih dan tak kuat mendorong gerobak jualannya. Apalagi setelah suami nya meninggal.


Persahabatan singkat yang berarti bagi diri Era dan tak terlupakan bagi Era melalui hari-harinya.

Ijar sering menghibur Era, Ijar pernah menelpon Toni dan menegurnya, Banyak kenangan  indah yang terukir di saat terakhir hidup Ijar.

Tak terasa tahun telah berganti........

Era yang kembali tercenung memikirkan nasibnya seorang diri, tak ada lagi teman berbagi yang dapat di percayainya. Untunglah tante Vonny sering menemani Era sekarang dan Teh One yang bintang sinetron selalu membuat lelucon tentang hidup, sangat menghibur.




Pagi hari Era membantu merapikan warung oma yang persis di samping tempat tinggalnya, sambil menunggu Gelang pulang dari sekolah.
Sore hari dihabiskannya waktu dengan bermain layang-layang yang membuat beberapa anak perempuan kecil ikut bermain layang-layang.
Gelang sempat protes melihat mama nya ikut menemani  bermain layang-layang, tapi sejak beberapa anak perempuan kecil  turut serta bermain layang-layang, Era dan Gelang menjadi team yang kompak.

Tanpa di sadarinya Era telah dapat melupakan kejadian pahit yang menimanya dan melanjutkan hidupnya dengan derai tawa memandang cakrawala sore di langit lepas bermain layang-layang.



Hancur luluh dan sakit hati  Era atas perbuatan Toni sekeluarga dikampungnya nyaris terlupakan.
Era yakin bahwa suatu haripun Era akan melalui kampung Toni menuju kampung Alm. suaminya.
Apapun yang terjadi dalam hidup ini harus dilalui dan dijalani. Doa selalu dipanjatkan Era memohon agar Tuhan membimbing hidupnya. Dan bila semua ini terjadi, terjadilah sesuai kehendak sang pencipta. Hidup akan terus berjalan dengan atau tanpa Toni. Lebih cepat lebih baik untuk melupakan mahluk laki-laki seperti Toni.

Karena apalah daya.... Era hanya seorang wanita bodoh yang tak mengerti apa yang sedang menimpa dirinya. Jalan yang terbaik adalah dengan memasrahkan diri kepada kehendakNYA.

Memandang langit dengan derai tawa adalah hal terindah yang dapat dilakukan daripada menangis menyesali apapun yang terjadi. Matahari pasti akan bersinar kembali, sambutlah dengan senyum tulus kehidupan ini. Kehidupan masih berjalan selama nafas masih ada di dalam raga.