Friday 10 August 2012

MATERIALISTIS

Hera Puk tertunduk diam, tak ada kata yang terucap lagi dari mulutnya.

"Kalau begitu kamu materilistis sekali", sergah Julio saat  mendengar kan perjalanan hidup Hera Puk.
Kehidupan yang sedang tidak berpihak  pada Hera Puk membuat Hera Puk mengurung diri.
Menjauh dari saudara-saudara dan teman-teman.
Perasaan minder dan malu menerima kenyataan membuat Hera Puk bagai katak dalam tempurung.
Pertemuan dengan Julio teman sekolah nya dulu membuat Hera Puk merasa senang,
Tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat.
Beruntung sekali dengan kemajuan teknologi dan situs sosial mereka dapat bertemu kembali.
Hera Puk sangat kesal pada Julio yang menuduhnya materialistis.
Matarialistis... mata duitan.
"tidak", jawab Hera Puk agak kesal dengan tuduhan Julio.
"Bila kamu tidak materialistis kenapa harus malu menerima keadaan", sahut Julio menurunkan nada bicara nya lembut.
Benar juga yang dikatakan Julio, "kenapa harus malu".
Walaupun Hera Puk merasa kesal dengan tuduhan Julio, tapi Hera Puk menerima pendapat Julio.
Mengurung diri dan semakin tenggelam, bangun merangkak lebih baik.
Hampir setahun Hera Puk tak ingin bertemu Julio yang telah menuduhnya "materialistis".
Saat Julio mendapat tugas bekerja di tempat kota tempat tinggal Hera Puk, Julio mengundang Hera Puk untuk makan siang bersama.
Hera Puk sangat gembira dengan undangan Julio.
Julio yang merupakan teman satu bangku nya saat ulangan umum dan tempat Hera Puk menyontek jawaban soal-soal ulangan masih terekam jelas di benak Hera Puk walaupun kejadian itu sudah berlalu lebih dari tiga puluh tahun lalu.
Penampilan Julio yang tak berusah, rapih dan tenang.
Hera Puk merasa bangga melihat karier cemerlang yang di raih Julio.
Hera Puk senang memandang senyum lembut di bibir Julio dan sinar mata Julio yang syahdu.
Perasaan Hera Puk bahagia dapat bertemu kembali Julio, laki-laki idaman banyak orang di saat sekolah dulu.
"Bagus tulisanmu", puji Julio.
"Hera Puk hanya tersenyum kecil mendengar pujian Julio, senang sekali mendapat pujian dari Julio.
Hera Puk berguman dalam hati.
"iyaaa... itu semua karena Julio".
Julio yang menuduh Hera Puk materialis membuat Hera Puk berusaha bangkit dengan segala daya yang dia miliki.
Rasa terimakasih yang tak terhingga tak terucap dari mulut Hera Puk.
Hera Puk hanya bertekad untuk bangkit dan tidak materialistis lagi, menerima kenyataan hidup apa ada nya lebih baik daripada merenung dan menangisi nasib.
Hera Puk mengulurkan tangan nya untuk digenggam Julio.
Tak perlu lagi ada kata terucap, karena semuanya terpancar dari sinar mata bahagia.
Terimakasih Julio.... selamat bertugas dan sampai jumpa!!.

No comments:

Post a Comment