Tuesday 23 February 2021

Mitos Nyi Pohaci

 Nyi Pohaci tidak dilahirkan oleh siapa pun. Ia berasal dari sebutir telur. Telur yang  berasal dari tetesan air mata Dewa Naga Anta (dunia bawah). 


Saat Batara Guru (dunia atas) hendak membangun istana,  semua Dewa bergotong royong membangun,:
  •  Bale Mariuk 
  • Gedong Sasaka Domas. 
Naga Anta tidak dapat membantu, karena tidak punya tangan.
Batara Narada, wakil Dewa Guru, memarahi habis-habisan Naga Anta. 

Sang Naga menangis.  Naga Anta meneteskan tiga air mata, yang  berubah menjadi tiga butir telur. 
Telur itu dibawa Naga Anta kepada Dewa Guru.
 Dua butir telur jatuh di bumi , menjadi Kakabuat dan Budug Basu (semacam babi hutan). 

Hanya sebutir telur sampai di depan Dewa Guru.
Setelah dierami,  keluarlah seorang bayi perempuan yang cantik. Bayi itu di eri nama Nyi Pohaci. Istri Dewa Guru, Dewi Umah yang menyusui bayi telur Naga Anta.

Setelah Nyi Pohaci remaja, Dewa Guru bermaksud memperistrinya. 
Akan tetapi Nyi Pohaci jatuh sakit dan meninggal.

Jenazah  Nyi Pohaci diperintahkan untuk dikubur di dunia tengah (tempat tinggal manusia). 

Dari kuburan Nyi Pohaci muncullah macam tanaman yang amat berguna bagi manusia. 
  • Kepalanya menjadi pohon kelapa. 
  • Mata kanannya menjadi padi biasa (putih). 
  • Mata kirinya menjadi padi merah. 
  • Hatinya menjadi padi ketan. 
  • Paha kanan menjadi bambu aur. 
  • Paha kiri menjadi bambu tali. 
  • Betisnya menjadi pohon enau. 
  • Ususnya menjadi akar tunjang.
  • Rambutnya menjadi rumputan.

Tetapi segala tanaman tadi selalu dirusak oleh Kalabuat dan Budug Basu. Untunglah Batara Wenang menciptakan Jaka Sadana (Sulanjana), Sri Sdana, dan Rambut Sadana, yang juga disebut Talimenar dan Talimenir, yang berasal dari tiga tetes air matanya. 
Ketiganya bertugas memelihara segala tanaman yang dibutuhkan masyarakat Sunda tersebut (pantun Sulanjana).

Batara Guru memerintahkan Batara Semar untuk mengembangkan  tanaman-tanaman itu di Kerajaan Pajajaran. 

Orang tidak boleh memperlakukan segala tanaman itu seenaknya sendiri, 



Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0105/29/khazanah/index.htm

No comments:

Post a Comment