Tuesday 23 February 2021

40 hari perjalanan

 40 HARI PERJALANAN.

[Nuansa mistis/mitos/misteri di Gunung Padang ]

Hilangkanlah pandangan negatif tentang mistis, karena ilmu pengetahuan telah mempelajari nya sebagai gelombang energi elektomagnetik, getaran atau vibrasi. 

Kehidupan pada dimensi yang lebih tinggi sebagai mahluk Extra Teritorial  sama hal nya  seperti  kehidupan di bumi nyata  tiga dimensi.  
Manusia memiliki kemampuan untuk mencapai  tingkat dimensi yang lebih tinggi.

Seperti kehidupan di bumi yang tiga dimensi ini, pada kehidupan dimensi tinggi pun ada yang baik dan ada yang jahat!.
Mahluk cahaya beberapa di antara nya berasal dari manusia yang pernah hidup di bumi ini, leluhur, orang tua yang telah mencapai kehidupan pada dimensi yang lebih tinggi yang telah "ngaHYANG" meninggalkan raga fana.

Jadi singkirkanlah pandangan negatif tentang mahluk ET.

Rabu 25 Januari 2017. Perjalanan di mulai dari Gunung Terang, Lampung.

Kamis  26 Januari 2017.
Sampai di Bandung menginap semalam di Bandung dan langsung menuju Sukabumi, Jawa Barat.


Gunung Padang.  Jumat,  27 Januari 2017.

Jalan yang harus dilalui dari tempat parkir menuju situs megalitik gunung Padang lumayan juga. Tukang ojek menawarkan jasanya senilai Rp 5000  untuk mencapai pintu masuk Gunung Padang.
Memutuskan untuk berjalan kaki sebagai pemanasan.
Udara sejuk pegunungan  sangat membantu menghilangkan rasa lelah.
Tiket masuk seharga Rp 4.000 di samping pitu masuk Gunung Padang.

Sunber air  alami atau "CIKAHURIPAN" atau air kehidupan ramai di datangi pengunjung yang membawa botol kosong dan mengisi nya dengan air "CIKAHURIPAN" sebagai oleh-oleh.
Tidak di pungut bayaran.

Dua lajur anak tangga menuju puncak gunung Padang.
Lajur 175 meter yang cukup curam dan lajur 300 meter yang agak landai.

Hati memutuskan untuk mendaki dilajur 175 meter.
Banyak orang yang menegur untuk mendaki di lajur 300 meter,

"Tantangan", jawaban sambil tersenyum.

Sebuah tantangan, bukankah melayani tantangan adalah sebuah hal yang menyenangkan.

Nafas terengah menapaki tangga demi tangga.
Rasa tak sanggup bergelut di dalam hati.
Hati yang berteriak ingin mencapai puncak tanpa lelah.
Mengalihkan perhatian, kepala tertunduk pada batu anak tangga.
Batu yang terukir lingkran da goresan, mampu mengaihkan perasaan tak sanggup.

Akhirnya sampai juaga di puncak gunung Padang.

Duduk merenung mengatur nafas yang terenggah.

Petugas menyarankan untuk melengkapi pendakian dengan mengunjungi situs-situs yang berada di atas nya.

Langkah kaki menapak perlahan karena lelah, duduk di sebuah batu disamping  tangga batu yang merupakan pintu masuk.

Goyangan seperti gempa terasa sedikit, dan goyangan kembali terasa lebih kencang, hanya gempa kecil.

Perjalanan dilanjutkan masuk ke dalam area situs KUJANG.
Kujang
.
Situs Kujang tak menyita perhatian,
Situs Tapak Maung membuat hati merasa senang, meletakan telapak tangan pada cekungan "tapak maung", gempa terasa lebih kuat.
Langkah kaki menuju Situs Kanuraqan, telapak tangan di letakan pada batu situs Kanuraqan, gempa terulang kembali..... bisikan halus di telinga "duduk di bawah pohon kemenyan sebentar saja, sama dengan meditasi selama 20 tahun".
Duduk manis di bawah pohon kemenyan, menikmati semilir wangi harum yang lembut dan merasakan ayunan gempa kecil.

Berdiri melanjutkan tapak langkah menuju Situs Singgasana.
Seseorang berlari menghampiri dan mengatakan,"ibu penunggu tempat ini?".
Tersenyum mendengar nya.
Bapak tua itu mengikuti langkah kami menuju SItus Singgasana.
"waduh di kawat, kita tidak bisa masuk", celoteh Bapak itu.
"Kita tidak perlu masuk, bersujud saja di sini".
Kami bersujud di depan Situs Singgasana, bersujud dan berdoa.
Hujan lebat turun dalam sekejap mengusir semua pengunjung yang sedang sibuk berfoto ria.
Hujan tak membuat kami beranjak, kami tetap bersujud di bawah deras nya air hujan.
Hanya kami bertiga yang tetap sujud di bawah hujan deras. Semua pengunjung lain berteduh di warung yang teletak di samping/
Hujan berhenti saat kami berdiri.
Air hujan tidak membuat baju kami basah.
Suasana hati riang gembira, menapaki anak tangga turun dengan badan yang ringan.

Sepasang orangtua yang tampak seperti pengemis duduk di tepi tangga di luar batas pagar.
Memberi sedekah sebagai rasa terimakasih, ungkapan hati yang bahagia.
"dari mana?, kakek tua itu bertanya.
"dari Bandung", jawabku singkat sambil menapaki tangga turun.
"bukan dari BANTEN", sela kakek itu.
Aku kembali naik dan mendekati Kakek dan Nenek.
"Benar Aki, pun Aki ti Kulon", jawabku.
"Ka tinggal ku mata Aki, ieu mah sanes jalmi dieu, ti Kulon".
Rasa senang dan akrab menyelimuti hati ini.
Nenek memberi doa lengkap untuk ku, menjepit jari-jariku yang memegang pagar dengan telunjuknya.

Suasana hati yang sangat menyenangkan bisa sampai di Gunung Padang.

Menuju Depok. Jawa Barat untuk ziarah ke makam almarhum suami yang sangat menyayangiku.

Perjalanan berlanjut...................................................

Hati yang rindu ingin bertemu dengan AKI telah membawaku bertemu dengan AKI yang telah lama meninggalkan dunia fana ini.

Kali Mulya, Depok, Jawa Barat. 31 Januari 2017.
Hotel Salemba Indah, Jakarta.  3 Februari 2017
Hotel Rafflesia, Sukabumi, 10 February 2017
Hotel Salemba Indah 12 February 2017
Jaka Mulya, Bekasi. 13 Februaty 2017
Jaka Sampurna, Bekasi. 14 February 2017
Tebet Asem Baris, Jakarta, 20 February 2017
Depok, Jawa Barat. 23 February 2017
Rangkas Bitung- Ciminyak. Lebak Banten, 3 Maret 2017
Ciboleger, Baduy -  Sajira - Rangkas Bitung - Padeglang - Serang - Merak- Bakauheni - Gunung Terang, Lampung, 4 Maret 2017.
Gunung Terang, Lampung. 5  Maret 2017

Hanya dapat tersenyum dalam hati. 25 Januari sampai 5 Maret 2017.

"Ngahaturkeun haturnuhun sareng hatur hormat nu sa ageng-ageng na ka GUSTI nu di luhung".
"Ngahaturkeun haturnuhun sareng hatur hormat nu sa ageng-ageng na ka sakabeh Hyang anu aya di karaton nagara goib TATAR SUNDA".


Sampurasun......

No comments:

Post a Comment